Siapakah Kamu...?

Siapakah Kamu...?


Kerap kali seseorang tidak mampu menjawab atas pertanyaan yang menyangkut dirinya sendiri. Seakan tidak penting untuk mencari filosofi tentang dirinya.

Terlalu banyak yang berkecimpung dalam status diri tanpa memikirkan dirinya. Padahal, antara mengenali diri dengan status diri lebih penting mengenali diri terlebih dahulu daripada status diri. Mengapa demikian..? Sebab, status diri tidak akan melekat jika tanpa adanya diri.

Misalnya, status penulis. Seseorang tidak akan dikatakan penulis jika tidak menulis. Artinya apa..? Menulislah terlebih dahulu tanpa memikirkan gelar atau status penulis. Begitupun dengan diri kita, kenalilah diri kita terlebih dahulu tanpa memikirkan status diri kita.

Status itu ada karena diri kita ada.

Pertanyaannya, Siapakah kamu..? Bukan, apa statusmu..?

Mampukah kalian menjawab pertanyaan, siapakah kamu..?

Kamar berukuran 4 x 3 dengan cat berwarna putih menjadi tempat santaiku mengobrol dengan anggota kamar di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Tumpeng. Ada saja pertanyaan anggota kamar yang diajukan, mulai dari fiqih, aqidah, dan lain sebagainya. Layaknya orang yang haus, aku suguhkan mereka dengan pernyataan-pernyataan berdasarkan pertanyaan yang diajukan.

Matahari yang melambaikan tangannya tak terlihat dari bilik kamar. Segerombolan anggota kamar mendekatiku yang sedang menikmati buku 'Dunia Shopie'. Awalnya mereka melihat namun akhir-akhirnya bertanya pula karena penasaran.

"Berapa beli buku Dunia Shopie itu, Kak Las..?" Ucap salah satu diantara mereka

"Rp. 34.000, Lek. Kebetulan promo" Sahutku tak menengok ke arah mereka. Bukan tidak menghargai mereka namun sedang fokus pada isi bacaan

"Tentang apa itu, Kak Las..?" Ujar yang lainnya

"Filsafat, Lek" Sahutku mulai menutup buku

"Buku ini menceritakan tentang Shopie yang berumur 14 tahun. Ia mendapat suatu pertanyaan dari orang yang tak diketahuinya. Pertanyaan itu berupa surat yang diletakkan di kotak surat depan rumahnya" Aku mulai menjelaskan. Mereka antusias mendengarkanku, tak ada satupun yang berbicara saat aku menjelaskan

Aku melanjutkan, "Shopie terheran-heran mendapat surat itu karena tidak ada nama pengirimnya. Setelah dibaca isi suratnya, Shopie kebingungan. Sebab, di sekolahnya ia tidak pernah dapat pertanyaan seperti itu" Aku berhenti sejenak memperbaiki posisi duduk

Mereka mulai penasaran dengan surat yang Shopie terima. Karena sepanjang yang mereka tahu, yang namanya surat itu berisi kabar, atau tentang cinta dan biasanya, surat itu tidak membuat orang kebingungan. Nah, ini kok beda..? Kira-kira apa isi suratnya..?

"Apa isi suratnya, Kak Las ? Kok Shopie sampai kebingungan setelah membaca isi suratnya" tanya Dik Ferdi, santri dari Kemuningan itu mulai bersuara setelah sebelumnya hanya menjadi pendengar sejati

"Paling surat cinta, Fer" Sahut Febri, santri yang aneh dalam pesantrenku

"Isi suratnya itu berbeda dengan surat-surat yang kalian ketahui. Surat yang dikirimkan ke Shopie itu hanya berisi dua kata, tapi dua kata itu membuat Shopie kebingungan. Apa isinya..? Isinya begini. 'Siapakah kamu..?"

"Mampukah kalian menjawab siapa kalian..?" Imbuhku.

Tidak ada yang bersuara setelah aku jelaskan isi surat yang di terima oleh Shopie. Semuanya diam seakan mencari-cari jawaban. Melihat mereka mulai menatap ke atas kamar, aku tanyakan kembali mereka.

"Bagaimana, akan kalian jawab apa pertanyaan 'Siapakah kamu..?' itu..?"

"Maulana Jalaluddin Rumi dalam kitab Fihi Ma Fihi ini. Kalau kitab kuningnya saya tidak punya, saya hanya punya bukunya ini yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia" Ucapku sambil menunjukkan buku Fihi Ma Fihi pada mereka.

"Maulana Jalaluddin Rumi berkata ; 'من عرف نفسه فقد عرف ربه'." Ucapku melanjutkan.

"Artinya, Kak Las..?" Sahut Dik Ferdi.

"Artinya begini ; 'Barangsiapa mengenali dirinya, maka tentu akan mengenali Tuhannya.' Dari sini menjadi jelas bahwa mengenali diri itu lebih penting daripada mengenali status diri."

"Coba, kalian akan menjawab apa jika ditanya 'Siapakah kamu..?" Tanyaku kembali.

"Hehehe, tidak tahu, Kak Las." Ucap Dik Ferdi dan Febri berbarengan tanpa disengaja.

"Saya pernah diskusi dengan Mahasiswa Baru kapan hari di Tasnan. Saya tanyakan pula pada mereka 'Siapakah kamu..?', mereka sama bingungnya dengan kalian. Saya bilang, kalau saya ditanya siapa saya, maka saya akan menjawab saya gorengan. Memang waktu itu saya sedang pegang gorengan."

"Apa alasannya, Kak Las, kok menjawab gorengan." Sahut Shohib.

"Coba kita perhatikan gorengan. Gorengan dibalut dengan tepung, kan..? Nah, saya jawab saya adalah gorengan, mengapa..? Saya menggambarkan diri saya seperti gorengan yang dibalut dengan tepung. Artinya apa..? Saya adalah manusia yang mempunyai aurat dan harus dibalut atau ditutup dengan pakaian."

"Oh, berarti kalau kita pegang pisau, kita adalah pisau, Kak Las..?" Sahut Sayyin menyela-nyela pembicaraanku.

"Tergantung kita mau menjawab apa, Dik Yin. Asal punya alasan. Saya pegang pisau, saya katakan saya adalah pisau. Mengapa..? Karena saya mempunyai mulut yang tajam seperti pisau"

"Kalau mau berfikir pasti menemukan jawaban" tambahku

"Dalam buku Dunia Shopie ini ada seorang filsuf namanya Rene Descartes. Ia pernah berkata ; "Cogito, ergo sum" artinya, "Aku berfikir, karena itu aku ada". Maksutnya itu, dengan berfikir kita itu benar-benar ada sebagai manusia karena manusia kan mempunyai akal. Sedangkan hewan..? Tidak, kan..?"

"Kayaknya seru, Kak Las" Ucap Febri.

"Baca bukunya kalau pingin tahu. Kalau tidak punya buku, iya beli. Hehehe."

"Ayo, saya mau pinjam, Kak Las..?" Dik Ferdi memelas.

"Gus Dur pernah berkata, Dik "Orang yang bodoh adalah orang yang mau meminjamkan bukunya dan orang yang paling bodoh adalah orang yang mau mengembalikan buku pinjamannya" Paham, kan..?"

"Tidak, Kak Las. Apa maksutnya..?" Sahut Sayyin

"Intinya beli, Dik" Ucapku sambil tertawa keras

"Saya mau beli, Kak Las. Berapa kira-kira..?"

"Nanti saya tanyakan yaa"

Mereka mulai berbicara setengah berbisik. Tak aku dengar pasti apa pembicaraan mereka. Ada beberapa yang bisa aku tangkap dari isi pembicaraan mereka, salah satunya adalah mereka pingin beli buku dan membacanya.

"Shopie itu sampai duduk di depan cermin, Dik, untuk menjawab pertanyaan 'Siapakah kamu ?' itu." Ucapku saat mereka asik berbicara dengan teman satu sama lain.

"Terus apa jawabannya, Kak Las..?" Sahut Dik Ferdi.

"Baca bukunya biar tahu jawabannya, Hahaha"

Jam menunjukkan pukul 17:00 Wib, saatnya mandi kemudian ke Musholla.

"Selamat bercermin dan selamat kebingungan menjawab pertanyaan 'Siapakah kamu..?'." Ucapku sambil meninggalkan mereka ke kamar mandi

Penulis: Sahabat Muhlas (Anggota Rayon Avicenna Komisariat Raden Bagus Asra STAI AT-TAQWA Bondowoso)

You may like these posts