Muara

Muara


“berlagak idealis tapi apatis ,
seolah-olah aktivis tapi tak mau jadi kritis
gaya bak politisi tapi hanya untuk sekedar memperbesar diri
teriak demokrasi !!! melancarkan aksi !!!!
tapi hanya untuk sombong diri bukan dari nurani
haaaaaaaa.......
bedebah dimana-mana
tak mengerti makna sesungguhnya
turun kejalan katanya!
padahal hanya sebagai ajang lomba
membela buruh tani teriaknya !!!!
tapi hanya untuk mendapat jebretan sebuah kamera”

keningku berkerut, begitu juga dengan 2 alisku yang mulai menyatu tanpa kusadari , aku tak mengerti maksud dari puisi itu , apattis ? idealis ? kritis ? maksudnya apa? Aku tak memahami.

“ kenapa kau ?.” tanya bung hatta kepadaku yang terlihat seperti orang bingung sebab membaca puisi yang diberikannya

“ tak apa bung , aku hanya tak mengerti maksud dari puisi ini.” Jawabku pada bung hatta sembari mengambil secangkir kopi yang hanya tinggal setengah lalu meyeruputnya. Bung hatta adalah abang iparku , aku memang akrab memanggilnya dengan sebutan bung.

Bung hatta mengalihkan pandangannya dariku lalu terlihat seperti tersenyum mengejek

“ kau ini bagaimana ? katanya mahasiswa ?.”

“ iya bung, aku memang mahasiswa , tapi kau tau sendiri kan? Aku baru menyelami dunia mahasiswa.” Jelasku mencoba membela diri

Bung hatta tertawa membuatku semakin tak mengerti dibuatnya

“ kenapa tertawa bung ?.” tanyaku pada bung hatta yang masih dalam keadaan tertawa sambil sesekali menghisap putung rokoknya

Bung hatta mengalihkan pandangannya lagi kearahku

“ kau ini ! justru kau masih baru menyelaminya coba kau fahami betul-betul puisi itu ! kau cari makna dari puisi itu!.” ucap bung hatta nampak serius disetiap kata yang terlontar dari bibirnya

“ lantas aku mencarinya dimana ?”.

“ ya terserah kau mau cari dimana ! asal kau tau zah ? kampus hanya bisa memberimu 50% dari ilmu pengetahuan , untuk setengahnya kau harus mengembara!.”

Aku ternganga mendengengar penjelasannya

“ kau akan cari dimana setengahnya ?” tanyanya lagi yang memang sengaja mengembalikan pertanyaanku tadi

“ aku tak tau “ jawabku lemas

Bung hatta menggelengkan kepalanya dengan wajah tertunduk sembari memijit keningnya dan tersenyum kecil yang nyaris hampir tak terlihat

“ tenang saja ! walaupun kampus hanya memberi setengah dari ilmu pengetahuan , tapi kau akan dikenalkan dengan sesuatu-sesuatu yang baru ! kau cari sesuatu itu , jika kau sudah menemukan sesuatu baru itu , maka kau akan tau makna dari puisi itu !.” jelas bung hatta

dengan menepuk pelan pundakku berkali-kali sebagai tanda menyemangati

“ ingat ! kau harus temukan itu!.” Tambahnya sekali lagi sebelum beranjak dari duduknya dan meninggalkanku seorang diri
_________
Aku berdiri , kuhirup dalam-dalam pertukaran oksigen dengan karbondioksida yang dilakukan oleh 2 makhluk ciptaan tuhan.

Hari ini aku berjalan menuju gedung yang megah , gedung bak istana , tempat yang katanya akan kutemukan sesuatu baru itu . sesuatu yang membuatku penasaran tiap waktu. Apa itu ? hatiku semakin gemuruh untuk segera menemukannya . dapatkah sesuatu itu dapat membuatku tertarik padanya ? atau dapatkah ia bisa membuatku jatuh cinta padanya ?

Ku tapaki setiap ubin yang telah tersusun rapi , tapi sayangnya hanya sebagai pijakan kaki. Sebagai mahasiswa baru yang tak tau apa-apa , aku mencoba mendekati beberapa kakak tingkat yang pastinya sudah tau seluk beluk kampus dan juga sebagai tempatku bertanya ketika ada tugas dari dosen, ditambah untung lagi kalau kakak tingkatku mau membantuku menyelasaikan tugasku. Aku cukup kenal banyak dengan kakak tingkat dikampusku, salah satunya dengan kakak tingkat semester 5 namanya haidar. Mendengar dari cerita kebanyakan orang , kak haidar ini adalah salah satu aktivis dikampusku . jika mendengar kata aktivis , aku jadi ingat puisi yang diberikan bung hatta beberapa hari lalu “seolah-olah aktivis tapi tak mau jadi kritis.” aku mencari akal untuk membuatku dapat menemukan sesuatu baru itu. kumanfaatkan kedekatanku dengan kak haidar , aku kan gali semua informasi lewat kak haidar ini , tohh kak haidar orangnya baik dan penolong , pintar lagi .

“kak haidar.” sapaku pada kak haidar yang tanpa sengaja berpapasan dijalan menuju ruang kelas ku

“ehhh alfizah.” balas kak haidar tersenyum padaku dengan memperlihatkan lesung dipipinya. oh yaa, aku lupa memperkenalkan diri , namaku alfizah mahasiswi semester 1 pendidikan luar sekolah. sudahh cukup itu saja.

“kak, aku mau ngomong ,” ucapku yang sengaja menjedanya

“mau ngomong apa zah ?” tanya kak haidar yang tidak menyurutkan keelokan wajahnya

“nanti kak haidar pulang kuliah ada acara enggak ?” tanyaku memastikan

Kak haidar tampak berfikir sebentar

“gsk ada , emangnya mau apa ?”

“jmmm ,, aku mau tanya-tanya sama kak haidar , boleh kan?” kataku penuh harap

Kak haidar tersenyum manis kepadaku
“ tentu boleh dong, apa sih yang gak boleh.”
_________
Waktu telah menunjukkan matahari tepat berada diatas kepala menandakan mata kuliahku telah usai , begitupun dengan kak haidar , aku dan kak haidar berjalan berdua menuju tempat tongkrongan mahasiswa dikampus.

“emangnya mau tanya apa zah ? kok penting banget keliahatannya.” Tanya kak haidar membuka pembicaraan

“sebenarnya gak penting sih , aku cuma penasaran .” jawabku

“sesuatu walaupun gak penting tapi ketika kita penasaran itu menjadi penting loh !” kata kak haidar santai

“iya juga sihh kak” jawabku cengengesan

Kak haidar tersenyum lagi. Apa memang iya orang satu ini diciptakan tuhan untuk selalu tersenyum dan lebih parahnya lagi senyumnya yang dapat membuat orang tak sadarkan diri.

“kadi gini kak, beberapa hari lalu aku diberi puisi oleh abangku, aku tak tau maksud dari puisi itu , kata abangku aku bisa menemukan makna dari puisi itu jika aku sudah menemukan sesuatu yang ada dikampus . aku tak tau sesuatu itu ? mungkin kak haidar bisa menjelaskannya” kataku panjang lebar menceritakannya. kak haidar antusias menyimaknya.

“mana puisi itu ? aku ingin liat .” pinta kak haidar
Aku menyodorkan selembar puisi itu kepada kak haidar . kak haidar mulai membacanya . kak haidar tersenyum miring ketika membaca puisi itu. Lalu menatap ke arahkku.

“kau ingin tau dari makna puisi ini ?” tanyanya setelah membaca puisi yang kuberikan . aku manggut-manggut .
Kak haidar tersenyum
“PERGERAKAN ”
______
sekarang aku tau , dimana aku bisa menemukan makna dari puisi itu. kini aku sudah menemukan sesuatu itu, sesuatu yang kupikir abstrak tapi dia ada nyatanya. ternyata aku mulai mengaguminya diam-diam. tapi rasa kagum itu sangat rentan sekali dengan jatuh cinta. dan mau tak mau aku sekarang jatuh dipelukannya. Kadang rasa cinta itu dominan dengan kata memiliki. aku ingin memiliki sesuatu itu . bagaimanapun caranya karna dihati ini sudah dipenuhi dengan namanya.

Mapaba ( masa penerimaan anggota ). untuk memilikinya ternyata tak begitu sulit seperti yang kubayangkan . sekarang didepan api yang membara ini dan didepan puluhan saksi-saksi, aku berikrar dengan menyebut nama tuhan untuk menjadi kader yang tak berkhianat . dengan bibir yang bergetar kulantunkan setiap kata sumpah . untuk memilikinya memang mudah tapi untuk berkomitmen padanya yang begitu pelik . setiap rangkaian kata sumpah telah berakhir. Ku pejamkan mataku dalam-dalam , dalam hati aku berkata “ aku jatuh cinta padanya tuhan dan aku telah memilikinya . terimakasih.” Tak terasa buliran bening dari mataku menetes . kucium bendera sebagai simbol adanya dia. “ tolong jaga hatiku untuk selalu berkomitmen dan mencintainya, mencintai pergerakanku, pergerakan mahasiswa islam indonesia .”
_________
Lambat laun aku sudah memahami puisi itu , puisi yang sebenarnya menyadarkan diriku sendiri walau dengan ucapan yang sedikit menjustifikasikan mahasiswa sebagai bualan semata .
Padahal tidak ,lewat pergerakan ini menyadarkanku bahwa kuliah bukan hanya sekedar belajar , tapi harus dengan sebuah pergerakan , menjadi mahasiswa yang tak acuh pada sekitar, menjadi mahasiswa yang tak hanya berteori 
Turun kejalan , bukan hanya turun dengan teriak-teriak tak jelas, semua ada tujuannya , dan itu hanya bisa kutemukan di pergerakan , menjadi mahasiswa berdikasi ,unggul, intelektual tinggi , hanya bisa ku temukan dipergerakan . terimakasih pergerakan , pergerakan yang menganalisis masalah terlebih dahulu dengan berdiskusi baru melancarkan aksi, pergerakan yang peka terhadap hak-hak , pergerakan yang mengajarkan pentingnya membaca buku untuk membuka dunia ini .
___________
Aku duduk didepan pelataran rumah dengan ditemani secangkir teh hangat dan satu buku kesukaanku . aku mulai fokus membaca buku yang sedang ku pegang . tiba-tiba ada yang menyodorkan secarik kertas kepadaku . aku mengangkat wajahku , penasaran siapa pelakunya. Ternyata bung hatta .

“ apa ini bung ?.” tanyaku pada bung hatta
“ baca dulu .” titahnya

Aku mulai membaca isi dari secarik kertas yang diberikan bung hatta

“berlagak idealis tapi apatis
Seolah-olah aktivis tapi tak mau jadi kritis
Gaya bak politisi tapi hanya untuk memperbesar diri
Teriak demokrasi !!! melancarkan aksi !!!
Tapi hanya untuk sombong diri bukan nurani
Haaaaaaaa..
Bedebah dimana-mana
Tak mengerti makna sesungguhnya
Turun kejalan katanya
Padahal hanya sebagai ajang lomba
Membela buruh tani teriaknya !
Tapi hanya untuk mendapat jebretan sebuah kamera"

Aku mulai bertanya-tanya didalam hatiku , bukankah ini puisi yang pernah diberikannya ? yang membuatku mencari-cari disetiap kata maknanya. puisi yang dapat memperkenalkanku pada yang namanya pergerakan hingga membuatku jatuh cinta pada pergerakan . tapi ini seperti ada lanjutan dari puisi itu.

....siapa berkata seperti itu ?
Mahasiswakah atau kau yang tak tau ?
Kau pikir , kami turun kejalan tak ada tujuan ?
Kau pikir kami hanya seperti anjing menggonggong di persimpangan jalan ?
Mahasiswa atau kau yang bedebah ?
Kau pikir kami iseng-iseng berteriak ?
Asal kau tau ..
Kami marah ketika hakmu di acuhkan
Kami pembela hak atasmu
Kami berani di garda terdepan hanya karnamu
Lalu kau masih katakan kami hanya untuk memperoleh jebretan sebuah kamera ??
Bagaimana kau ini ?
Kau pikir kami tak mempertimbangkan dahulu sebelum beraksi ??
Kau pikir kami hanya semata-mata berkreasi ?
Kami bergerak tuk memperoleh keadilan
Kami miris dengan peraturan yang tak sesuai
Kami hanya menuntut atas hak ku dan hak mu
Tapi kau masih bisa mengatai kami dengan sumpah serapahmu yang tak berguna itu ??
Tak habis pikir diriku dengan kau ini .”

Bung hatta tersenyum kepadaku ketika sudah melihatku selesai membacanya.

“bagaimana zah ? apakah kau sudah kenal dengan sesuatu itu?” tanya bung hatta padaku

“iya bung , bahkan aku begitu mencintainya. ia seperti separuh dari nyawaku. Bagiku ia seperti kekasih . terimakasih bung karenamu aku bisa kenal dengannya .” jawabku lega penuh dengan keharuan
Bung hatta tersenyum bahagia.

Penulis: Nur agustiningwati (Anggota PMII Komisariat Shalahuddin Pasuruan) 

You may like these posts