Nasib Cinta, Ada Di Selembar Kertas

Nasib Cinta, Ada Di Selembar Kertas


Cinta adalah sesuatu yang abstrak namun ia ada, cinta tak bisa didefinisikan oleh satu orang saja. Sebab cinta mempunyai pengertian yang berbeda-beda pada setiap manusia yang telah merasakan apa itu jatuh cinta. Entah itu cinta adalah bahagia, luka, indah, istimewa. Akupun pernah merasakan kehadiran cinta. Memang benar adanya, cinta dapat mengubah segalanya. Cinta dapat mengubah pundi-pundi kehidupan. Cinta dapat merubah sang pemalas menjadi rajin. Cinta dapat merubah dari yang pelit menjadi dermawan. Cinta dapat merubah dari yang tak peduli menjadi penyayang. Cinta itu sebuah sihir. Dengan sekejab bisa berubah-ubah. Cinta juga bisa menjadi iblis. Ketika cinta itu menghadirkan luka. Cinta pun dapat menjadikan adanya pertumpahan darah. 

Sungguh hebat bukan cinta itu ? apakah kau telah merasakan kehadiran cinta ? atau mungkin sudah kehilangan cinta ?Ainun, begitulah orang-orang memanggilku. Ainun si gula jawa. Inilah diriku yang mendefinisikan tentang cinta. Aku yang jatuh cinta pada hati yang berhasil memanipulasiku dengan olahan kata-kata indah. Dia tidak abstrak, dia memang diketahui wujudnya. Begitupun parasnya, apalagi dengan akhlaknya yang begitu syahdu. Dia sosok yang aku damba-dambakan sedari aku duduk dibangku sekolah menengah pertama. Apakah masih terlalu kecil untuk aku bisa merasakan jatuh cinta di bangku smp? Tidak ya ?. masa SMP adalah masa dimulainya sebutan ABG (anak baru gede). Kebanyakan orang sih mengatakan begitu. Aku pun turut merasakannya. Masa ini adalah masa awal aku merasakan dengan yang dinamakan jatuh cinta. Pandangan pertama adalah penyebabnya. Akibat dari pandangan itu, aku menyukainya. Dan kesimpulannya aku sedang jatuh cinta.

Aku jatuh cinta pada seseorang laki-laki pastinya. Seseorang yang berhasil merebut hatiku untuk pertama kalinya. Seseorang yang berhasil menamkan benih-benih cinta didalam hatiku. Iyah dia adalah Putra Ardiansyah. Sang pengibar pembawa bendera. Inilah awal dari segalanya. Awal retinaku menangkap sosok dirinya. Berseragam rapi dengan bertopi. Ia suka memakai topi meskipun diluar kegiatan upacara bendera. Ia berkulit putih, berparas rupawan, tapi sayangnya ia berpawakan kurus. Tapi tak mengapa, pesonanya tak akan memudar. Pasti semua tau , jatuh cinta tak bisa langsung terealisasi untuk memilikinya. Semua ada tahapannya. Seperti kehidupan ,dari sel sperma yang membuahi ovum untuk menjadi zigot lalu menjadi embrio dan seterusnya hingga jadilah bayi. Begitupun dengan cinta, ia mempunyai tahap-tahap untuk memiliki yang dicinta. Dari perkenalan, lalu berteman, kemudian dekat, dan berakhir dengan jadian. Tapi perlu diingat ! bahwasannya tak semua cinta bisa terealisasi. Walaupun sudah dekat, kadang tak berakhir dengan jadian, bahkan mungkin ditinggalkan. Dan kini aku merasakan tahapan-tahapan cinta itu.
___
“ainun” panggil eyang sabar kepadaku yang tengah berkutat dengan laptop. Aku memutar seperempat derajat kepalaku untuk menangkap sosok keberadaan eyang

“iya eyang” Jawabku yang masih duduk di tempat

“sini cu..!” perintahnya sembari melambaikan tangannya
Akupun menghampirinya“duduk sini..!” Perintahnya lagi

“ada epa eyang..?” tanyaku pada eyang yang membenahi kacamatanya yang kendor dari hidungnya yang mancung kedalam

"cu, kamu kenal tidak dengan ibu ainun dan habibie..?”aku mengangguk memahami yang dimaksud eyang.

Iya, mereka adalah ibu ainun dan pak habibie, 2 insan pemilik cinta abadi. Walaupun telah dipisahkan 9 tahun lamanya dalam dimensi dunia yang berbeda, namun tak bisa merubah cinta mereka berdua. Hingga pada akhirnya setelah penantian panjang itu, mereka kembali bersua merasakan cinta kedamaian dengan senyum penuh kemesraan
“eyang ingin kamu seperti mereka, memiliki cinta yang abadi”
“maksud eyang..?” Tanyaku sambil memainkan jari-jari eyang yang aku genggam eyang mengelus-elus rambutku sambil tersenyum

“tidak perlu berpura-pura cu..!”Aku cengengesan mendengar yang diucapkan eyang tadi

“iya eyang.”
____
Aku duduk di taman aliansi. Taman aliansi adalah taman yang dirancang untuk tempat berkumpulnya diskusi para mahasiswa di waktu kosongnya mata kuliah. Taman ini desain semenarik mungkin agar mahasiswa betah untuk lama-lama berdiskusi di taman ini, atau melakukan hal lain yang berkaitan dengan intelekual misal literasi. Di taman ini juga disediakan buku-buku yang dibutuhkan mahasiswa, bisa dibilang taman aliansi ini juga sebagai perpustakaan dikampus. Tapi sayangnya tingkat literasi dikampusku begitu rendah, walau taman aliansi ini dibuat semanarik mungkin tapi jarang yang ada mau mengunjunginya.

lebih-lebih banyak mahasiswa yang suka berkumpul di kantin untuk sekedar nongkrong lalu pulang ke rumah mereka masing-masing. Kubuka buku yang aku ambil dari perpustakaaan taman aliansi ini. Buku itu berjudul habibie dan ainun, buku yang lahir dari perasaan seseorang yang sedang kehilangan. Buku yang ada sebab sang penulis menderita psikosomatik maligant sebab kehilangan orang yang begitu dicintainya. Penulis yang diberi 4 opsi cara pengobatan untuknya agar bisa sehat seperti semula. 4 opsi tersebut yaitu, yang pertama masuk rumah sakit gila, dan opsi yang kedua adalah tinggal dirumah serta terdapat tim dokter, sedangkan opsi yang ketiga adalah mencurahkan hatinya kepada siapapun itu dan opsi yang terakhir diselesaikan pada dirinya sendiri. 

Opsi terakhir inilah yang dipilih oleh pak B.J Habibie, pemilik cinta abadi. Beliau menulis buku tentang perjalanan cintanya dengan sang kekasih, ibu Ainun. Begitulah cinta yang amat luar biasa. Saking begitu mencintainya Pernah suatu waktu, beliau mengatakan bahwa ia dan ibu ainun adalah 2 raga yang berbeda namun satu jiwa.
___
“ainun, kamu tau tidak tentang kisah pak habibie dan ibu ainun...?” tanya putra, 

lelaki yang amat aku cintai saat ini. Iya lelaki yang kukagumi mulai dari ketika aku mengenyam bangku smp. Lelaki yang hingga kini dekat denganku. Namun ia bukanlah kekasihku. Aku hanya mendekap cinta ini dalam bungkam. Aku tak bisa mengungkapkannya, karena aku memang benar-benar tak mampu untuk mengungkapkan secuil kata cinta untuknya. Aku hanya bisa mengungkapkan cintaku lewat rapalan doa- doa ku di sepertiga malam.

“kenapa sih kok mesti tanya itu? Eyang juga tanya itu..? Jawabku

“iya..? eyangmu tanya tentang pak habibie dan ibu ainun juga” tanyanya balik. Aku mengangguk mantap

“iya jadi aku ingin kita seperti mereka” Ucapnya yang membuatku mati rasa

“hmm, kita..?"

“iya kita” jawabnya sambil senyum yang begitu manis

“emang kita apa..?” Tanyaku kembali untuk memancingnya agar menyatakan cintanya padaku

Ia memang tak pernah menyatakan cintanya padaku, tapi kami begitu dekat bagaikan daging dengan urat nadi.

“kenapa sih mesti harus dijelaskan..?”

“iya dehh, gak usah dijelaskan” ucapku sebal.

Jujur aku penasaran yang dimaksud konteks kita menurut pandangannya. Tapi tak mengapa, setidaknya kata-kata itu bisa membuat bunga di hatiku bermekaran

"buka tanganmu..!" Perintahnya untuk membuka tanganku yang mendekap buku habibie dan ainun itu

"mau apa..?" Tanyaku

"buka aja dulu..?" Akupun membuka telapak tanganku. 

Ia meraih tanganku, sembari menyodorkan sebuah kotak hitam mungil

"apa ini..?""kamu kok banyak tanya sih? Bukanya nanti aja yaa waktu aku sudah pergi

" Perintahnya sekali lagi 

"iya iya"
___
Aku masih meraba-raba kotak hitam mungil pemberian putra. Kotak mungil yang berisikan hanya selembar kertas yang digulung dengan ditali pita warna pink.

"ada-ada aja sih putra. Kayak di kerajaan aja suratnya" Kubuka kertas itu

Dear ainun.
Hayy ainun
Nun, aku mau tanya nih..
Caranya ungkapin cinta ke perempuan itu gimana sih?
Kok aku ribet banget mau ungkapin perasaanku.
Jangan lupa dijawab ya ainun
Bye....
Aku menyanyangimu
Maka jangan hilang dari pandanganku apalagi hatiku. Aku merasa pipiku sekarang berwarna merah merona.
Aku benar-benar gugup.
_____
"cielah, ungkapin ke cewek aja ribet" Ucapku pada putra yang kebetulan lewat didepan kelasku.
Ia tersenyum tipis malu-malu.

"kalau elo besar nanti, samperin aja kerumahnya. Nikahin dehh. Gampang kan..?" Kataku enteng

Putra tersenyum lebar tanpa mengucap sepatah katapun, lalu ia pergi.
_____
Seiring berputarnya jarum jam, aku dan putra yang mulai dewasa pun kini harus menjalani kehidupan masing-masing. Kami sama-sama menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang berbeda. Ia menempuh di perguruan tinggi yang bergengsi dan aku hanya di perguruan tinggi swasta yang kualitasnya juga tak kalah dengan perguruan tinggi lainnya. Untuk pertama kali lulus dari sekolah menengah atas, aku dan putra masih sering bertukar kabar dan tak jarang kami bercanda ria di chat. Apalagi ketika chatting kami berisikan cinta, pasti tak habis-habisnya untuk berbicara persoalan itu. Namun setelah kami mulai menginjak semester 2, aku dan dia mulai jarang sekali untuk bertukar kabar melalui chatting. Ia mulai sibuk dengan dunianya. Sedangkan aku sering sibuk menunggu chat darinya. Hingga pada akhirnya aku yang tidak sabar ingin mengobrol kembali dengannya pun ku beranikan untuk memulai mengirim pesan terlebih dulu
“putra, apa kabar? Apakah masih hidup..?”
Ku tunggu notif balasan darinya
5 menit ....
2 hari .....
1 minggu ....

“kringgg ” ponselku berbunyi pertanda mendapatkan notif. Aku yang mulai lelah menunggu balasan dari putra berfikir bahwa itu bukanlah notif darinya. Dengan malas, aku mengambil ponselku dan membuka wa.“👍 ” what the hell..? Itu adalah balasan dari putra, dan hanya itu yang diketiknya..? Tak seperti biasanya, balasan darinya sesingkat itu, apalagi hanya dengan emoticon. Aku mencoba melenyapkan pikiran negatifku tentangnya. Tentang dia yang mulai tak peduli. Aku berfikir mungkin ia dalam keadaan sibuk.

"putra, aku ingin kita bersua. Apakah waktumu masih ada untukku seperti dulu..?" Jawabku pada pesan singkat itu

"maaf aku sibuk " balasnya. Aku yang menanti jawaban menggembirakan harus ku enyahkan. Dia memang benar-benar sibuk dan tak ingin di ganggu.
____
Hari-hari berganti, namun kenapa cinta ini tak kunjung pergi? Dan yang lebih sialnya pun aku tau tau dimana ia sekarang, apalagi dengan kabarnya. Sepanjang waktu yang telah terlewatkan aku hanya lesu karena cinta yang tak kunjung padam dan rindu yang tak pernah terbayarkan ini

"kringg..." Pertanda notif wa diponselku. Aku meraih ponsel itu dimeja belajarku

"Assalamualaikum ainun. Nanti jangan lupa datang ke rumahku ya. Ada lelaki yang mau melamar aku"

Pesan dari sahabatku, imelda. Imelda yang cantik, pintar dan pendiam, akhirnya ia dijemput oleh sang kekasih yang dikirimkan tuhan. Aku turut bahagia.
____
"selamat yahh imelda, akhirnya kamu mau dapat pasangan jugaa" Ucapku pada imelda penuh bahagia.

"makasih ya. Kamu kapan..?" Tanyanya

"ahh kamu, sebentar lagi aku juga nyusul kok" Canda tawa menghiasi kami dihari lamaran imelda.

"emang siapa sih lelaki yang mau melamar kamu" Tanyaku penasaran

Imelda hanya mengedikkan bahunya."ainun" terdengar suara bariton yang memanggil namaku dari belakang. Akupun memutar seperempat derajat kepalaku untuk menengok sosok yang memanggilku. Dan alhasil yang kudapati adalah putra, sosok yang aku nanti-nanti beberapa tahun ini. Aku begitu bahagia dan terharu akan kehadirannya. Dihari bahagia sahabatku, ternyata ini juga hari bahagiaku.

"kamu juga diundang putra..?"

Putra hanya tersenyum sebelum akhirnya ia berbicara

"Ini hari bahagiaku ainun" Aku bertambah bahagia mendengar putra juga bahagia di hari ini."di hari ini aku akan melamar seseorang wanita"
DeggggHatiku berhenti berdetak. Seperti di sambar petir di siang bolong.

"terimakasih atas saranmu waktu kita SMA dulu"

"wanita siapa yang akan kamu lamar..?" Tanyaku gemetar

"imelda"
____
Aku pernah hancur karena sebuah kata. Kata yang membuatku terbang, membuatku seolah-olah menjadi orang yang istimewa. Namun nyatanya dengan berputarnya matahari pada orbitnya, kata itu bukanlah hanya untukku. Aku pikir aku satu-satunya ternyata aku adalah salah satunya. Dan sebab kata itu aku pernah merasakan sebuah penantian, namun penantian yang tak berujung kepastian. Aku hanyalah mencintai bayangan. Waktu-waktu yang ku lewati bersamanya hanyalah sebuah imajinasi. Hanya sebuah halusinasi. Menurutku dekat hanyalah permainan yang dilakukan oleh waktu, yang pada akhirnya waktulah yang mengantarkan kita pada kata jauh. Putra yang kupikir akan selalu dekat denganku meskipun raga kita jauh bak habibie dan ainun, ternyata dugaan itu salah. Ketika kita mencoba setia namun bertepuk sebelah tangan itu kuanggap hanyalah sebuah perbudakan dari cinta. Dan kini semuanya hilang sudah, hilang yang menuju kehampaan untukku.

Penulis: Nur Agustiningwati (Anggota Komisariat PMII Shalahuddin Pasuruan)

You may like these posts