Optimalisasi Peran Mahasiswa Melalui Organisasi Ekstra Kampus

Optimalisasi Peran Mahasiswa Melalui Organisasi Ekstra Kampus


Pertama akan saya awali dengan pengertian "Mahasiswa" adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggungjawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.

Kata Mahasiswa dibentuk dari dua kata dasar yaitu "maha" dan "siswa". Maha berarti besar atau agung, sedangkan siswa berarti orang yang sedang belajar. Kombinasi dua kata ini menunjuk pada suatu kelebihan tertentu bagi penyandangnya. Di dalam PP No. 30 Tentang Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu, yaitu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, serta kesenian. Dengan demikian, mahasiswa adalah anggota dari suatu masyarakat tertentu yang merupakan "elit" intelektual dengan tanggungjawab terhadap ilmu dan masyarakat yang melekat pada dirinya, sesuai dengan "tri darma" lembaga tempat ia bernaung. 

Sesuai dengan judul di sini saya akan mencoba membahas mengenai peran organisasi ekstra kampus terhadap mahasiswa, salah satu fungsi organisasi kemahasiswaan ekstra kampus adalah suatu wadah atau tempat untuk pengaktualan diri dan mengasah jiwa intelektualitas yang dimiliki oleh setiap individu.

“Pada dasarnya setiap orang punya potensi menjadi intelektual sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya, dan dalam cara menggunakannya. Tetapi tidak semua orang adalah intelektual dalam fungsi sosial” (Antoni gramsci)

Dari tujuan setiap masing masing organisasi sudah jelas organisasi bukanlah tempat untuk bermanja manjaan atau mendapatkan perhatian lebih dari senior, berkumpul, tertawa lepas bahkan untuk mengisi waktu luang saja ketika tidak ada mata kuliah.

Namun sedewasa ini banyak mahasiswa yang enggan untuk mengikuti organisasi. terkhususnya organisasi kemahasiswaan ekstra kampus.

Mahasiswa sekarang cenderung apatis dan diam, riang dan gembira ketika memainkan gadgetnya, ini merupakan degradasi yang semakin memperburuk kondisi idealisme seorang mahasiswa. Mahasiswa sekarang cenderung mengikuti arus kehidupan yang tak menentu, mereka hanya akan menjadi generasi penerus dari pada generasi yang cenderung hanya memikirkan dirinya sendiri, mereka tidak suka akan perubahan karena sifat idealis dari mahasiswa sudah mulai memudar dan terkikis dan diperparah karena mereka belum siap menerima akselerasi perkembangan teknologi yang semakin berkembang pesat.

Padahal dengan berorganisasi kita akan dilatih dan di beri wawasan juga pengetahuan. Tidak hanya terfokuskan oleh satu bidang pengetahuan saja. Namun kita akan di beri pengetahuan yang sifatnya universal atau umum.

Di era globalisasi dan pesatnya perkembangan zaman ini banyak individu yang tergerus jiwa jiwa sosial nya, Kepekaan terhadap lingkungan, realitas sosial, bahkan kesadaran akan diri sendiri kian hilang.

Banyak mahasiswa yang terlanjur apatis juga hedonis. Hilangnya esensi terhadap nilai nilai peran mahasiswa (agent of change, social control, Iron stock)

Padahal jika kita ingin sedikit melihat sejarah perjuangan bangsa ini, pemuda dan mahasiswa banyak berperan dalam perjuangan dalam memajukan bangsa. Tahun 65 para mahasiswa ikut serta bahkan berperan aktif dalam menurunkan rezim orde lama yang di pimpin oleh presiden Soekarno. Tahun 98 para mahasiswa kembali turun kejalan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dengan menurunkan rezim orde baru yang dipimpin oleh Soeharto. Dimana pada masa kepemimpinan Soeharto kebebasan berpendapat menyampaikan aspirasi di tempat umum di bungkam. Banyak kekejian kekejian yang terjadi.

Mahasiswa dengan lantang menyuarakan kebenaran dibawah kuasa tirani. Namun kini semua itu tinggal kenangan. Banyak mahasiswa yang bungkam melihat dinamika di negeri ini. Apa mungkin memang tidak tahu?atau pura-pura tidak tahu?

Penulis: Nasirudin Latif (Sekretaris PMII Pringsewu Lampung)

You may like these posts