Kader Ter-Sosmed

Kader Ter-Sosmed


Bimbang untuk digambarkan. Sebuah realita yang cukup fiktif. Namun, fiktif bagi - yang sedang berada di situasi realita. Adalah kenyataan dunia menjadi dua. Yang dunia kenyataan dan dunia Maya. Siapa sih si Maya? tiba-tiba hadir merubah kebiasaan orang-orang sekitarnya. 

Terkadang kita melihat, orang yang sedang nongkrong. Bersama kawan sejawatnya. Tanpa tatap muka pun mereka sudah tertawa sendiri. Sehingga, berfikir sejenak. Yang nyata itu, dia bersama teman nongkrongnya. Atau bersama kawan se-Mayanya. 

Itu penggambaran sekarang. Kebiasaan ini juga ikut mempengaruhi dunia aktivis pergerakan. Konsepnya terlihat sama seperti diatas.Tetapi, sedikit berbeda konsep aplikasinya. Yakni, Seolah-olah membangun pergerakan. Namun, tidak untuk dunia kenyataannya. 

Saya meyakini, sebuah pergerakan akan terbangun dan tercipta. Apabila diaplikasikan langsung melalui proses di lapangan. 

Tetapi, kenyataannya sekarang. Cukup memasang caption yang bernuansa perlawanan. Tampak hidup dengan kata-kata pembangkit yang memabukan.  Sudah bisa beranggapan disebut sebagai pergerakan. 

Memang tidak bisa dinafikan, akses informasi sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat. Sehingga, kita juga perlu terbiasa akan pembaharuannya. Namun, jika ingin menjadi kader ter-Sosmed. Maka, harus ada sinergitas. Jadikan kehidupan dunia maya, untuk menopang perjuanganmu bersama kader-kader pergerakan. Bukan sebaliknya. 

Seperti berjuang, namun tidak untuk bentuk nyatanya. Seperti nyata, namun tidak untuk bentuk berjuang-nya. Bercucur keringat, nafas para kader pejuang saat benar adanya dia di lapangan. Tetapi, juga bertarung dalam esensi digital informasi. Untuk memperkuat daya topang pergerakannya. Maka, Itu yang dinamakan kader ter-Sosmed.

Dua dunia saling menyentuh. Bukan saling mengumbar kebohongan di salah satu pilihan alam lainnya. Sejatinya,  alam kita hanyalah satu. Maka, perkuatlah dunia nyata. Sangat didambakan apabila kader mampu berkontribusi di dua alam. Sebab, menjadikan kekuatan yang amat dahsyat bila menguasainya. Namun, dalam artian pengaruh positif. 

Sementara itu, banyak diantara kita menjadi pengguna Sosial Media (Sosmed). Tetapi, menjadi pengguna yang baper. Pamflet atau slogan ber-aroma kebencian. Selebih-lebih mengandung propaganda perlawanan. Membuat si-pembaca pun ikut terbawa perasaan. Padahal, belum tau kebenaran dari informasi itu. Ibarat seperti kata-kata yang familiar didengar. _Dia hanya bercanda. Seharusnya kamu tertawa bukan terbawa rasa_. Penggambaran yang tepat jika dibenturkan pada situasi diatas. 

Akademisi disematkan kepada kita. Bukan begitu saja. Ada historis panjang yang terbawa hingga saat ini. Dahulu, para Filsuf dibantai dan ditangkap. Karena menyandang gelar akademisi. Hanya, karena lantaran mereka berkumpul di puncak gunung kademos. Membicarakan nasib bangsa itu. Dari para korporasi yang menghisap tenaga dan material rakyatnya. Mengakibatkan kemiskinan melanda bangsanya. Mereka ditangkap. Hanya karena mengkritisi dan mempertanyakan kinerja oligarki yang menyengsarakan rakyatnya. Sejak kala itu, mereka disebut sebagai akademisi. 

Apakah kita termasuk sebagai satu diantara estafet perjuangan mereka,? dari cerita diatas. Beberapa point dikutip. Mereka merasakan pengalaman empiris. Mendiskusikan dan menganalisa. Sebuah kenyataan benar adanya terjadi. Sehingga, tak mudah digiring oleh berbagai informasi. Mereka punya nalar kritis yang kuat. Tak gampang di setir. Ataupun dikotomi. 

Ditambah lagi, semakin hari semakin banyak adu sindiran melalui Sosmed. Tanpa,  mengetahui apa yang benar dan apa yang salah. Semakin memperkuat bahwa, kitalah orang menciptakan dunia itu. Dunia Maya (Duma). 

Apabila tidak tindaklanjuti. Maka, Duma akan menopang Dunia Nyata (Duta). Sehingga, Duta hanyalah tempat persinggahan dunia semata. Kenyataan nya ada di Duma. 

Kita perlu sosok Kader ter-Sosmed. Yang menyatukan Duta dan Duma. Bahkan, Duta lah yang menjadi kebenaran adanya keberadaan dunia, bukan sebaliknya. 

Tulisan ini didedikasikan untuk seluruh Warga Pergerakan yang enggan bergerak. Namun, kencang untuk ber-Sosmed

Penulis: Sahabat Topan Setiawan (Wakil Ketua II PC PMII Samarinda)

Foto: freepikpsd.com

You may like these posts