Mendudukkan Agama Dan Kehidupan Ekonomi Dari Kacamata Syafruddin Prawiranegara

Mendudukkan Agama Dan Kehidupan Ekonomi Dari Kacamata Syafruddin Prawiranegara


Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk muslim dengan kategori taat pada ajaran agama, dimana dalam segala kegiatan selalu dikaitkan dengan agama. Termasuk salah satunya adalah kegiatan ekonomi. Akan tetapi bagi kaum sekulerisme dan para ekonom konvensional, mereka menolak adanya campur tangan agama dalam kegiatan ekonomi.

Tentu hal itu ditentang oleh pemikiran ekonom besar Indonesia yang bernama Syafruddin Prawiranegara yang sangat mempercayai dan mencintai Islam sebagai agamanya. beliau menganggap pentingnya hubungan agama dengan segala kegiatan manusia terutama dalam kegiatan ekonomi. Variabel agama merupakan salah satu hal terpenting dalam menerapkan konsep ekonomi, karena ekonomi berbicara tentang kebutuhan hidup manusia begitu pula dengan agama, sehingga keduanya dapat diselaraskan menjadi satu entitas dalam bingkai keindonesiaan.

Tujuan Hidup Manusia
Setiap manusia pasti yang hidup pasti memiliki pengharapan atau tujuan dan akan cenderung terus berusaha untuk mencapai tujuan hidupnya tersebut, yang dalam paham agama tujuan itu ada dua yaitu dunia dan akhirat. Agama menghendaki pencapaian tujuan dunia dan akhirat agar manusia dapat memperoleh kebahagiaan. 

Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, Syafruddin melihat bahwa banyak manusia tidak dapat lagi menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. mereka lebih mementingkan kepentingan dunia saja dan mengabaikan kepentingan akhiratnya, yang implikasinya pada akhlaknya menjadi rusak.  manusia tidak lagi mencari Tuhannya, kebenaran dan cahaya yang murni akan tetapi mereka lebih berusaha mencari bahan baku dan berusaha menguasai sumber daya yang pada hakekatnya merupakan milik Allah SWT. Hal tersebut dapat kita lihat dari realita material masyarakat muslim hari ini.

Selain itu masalah yang paling fatal saat ini yaitu semakin merosotnya akhlak manusia. menurut Syafruddin, merosotnya akhlak disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu kehidupan manusia terutama bagi manusia terdidik yang tidak lagi menjadikan ibadah sebagai salah satu kegiatan wajibnya akan tetapi mereka lebih berusaha mencari keuntungan sebesar besarnya demi kepentingan pribadi dan tidak mempedulikan kepentingan orang banyak apalagi orang-orang miskin yang seakan akan terasingkan. Akhlak inilah menjadi faktor lahirnya kondisi saling menindas antara manusia satu dan lainnya.

Beliau mengingatkan bahwa manusia harus Kembali keajaran agama yang menjadi petunjuk kejalan yang benar. dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an dan Hadits terdapat poin poin penting mengenai tujuan agama diantaranya: Pertama, tujuan hidup manusia bukan mecari kemakmuran harta benda akan tetapi mencari rida Allah SWT. Kedua, benda hanyalah sebagai alat yang dijadikan untuk memungkinkan manusia hidup bukan dijadikan sebagai tujuan hidup. Ketiga, harta wajib dibelanjakan dijalan Allah. Keempat, perintah Allah untuk tidak ragu membelanjakan harta bendanya untuk kepentingan manusia yang bermanfaat seperti sedekah.

Tujuan Ekonomi
Pada hakekatnya, setiap sistem ekonomi memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda, bagi Kapitalisme tujuan hidupnya yaitu mencari kesenangan hidup di dunia. bagi kaum komunis tujuan hidup mereka yaitu mengabdi kepada proleter yang akan menghancurkan kubu-kubu kapitalisme. berbeda dari dengan lainnya, Islam yang menjadikan tujuan hidupnya yaitu mencapai ridho Tuhan. 

Akan tetapi pada kenyataannya, menurut Syafruddin bahwa manusia tidak lagi menjadikan usaha dan kegiatan ekonominya untuk mengabdi kepada Tuhan sehingga mereka sangat sulit memperoleh kemakmuran yang hakiki yaitu kemakmuran dunia dan akhirat. Lebih lanjutnya Syafruddin mengatakan bahwa ilmu ekonomi tidak mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi sehingga perluasnya peran agama dalam menyelesaikan hal tersebut untuk mengatur motif ekonomi yang akan dijalankan setiap sistem ekonomi. karena jika tidak, sistem ekonomi akan begitu liar dan berujung pada lahirnya praktek menindas seperti yang hari ini kita lihat.

Kritikan Motif Ekonomi
Menurut Syafruddin bahwa motif ekonomi dapat diperumpamakan sebagai hawa nafsu, terutama nafsu kepada benda dan ketamakan untuk menguasai bahan baku. jika dalam kegiatan ekonomi dijalankan berdasarkan motif ekonomi maka manusia yang akan terbentuk yaitu manusia yang tidak baik dan beradab, dimana mereka tidak lagi menjunjung moral, akhlak dan nilai luhur. 

Untuk itu dalam Islam, seseorang yang menjunjung tinggi agamanya akan bertingkah laku dengan dasar agamanya bukan karena motif ekonomi. Menurut beliau, ilmu ekonomi diciptakan oleh rasa kurang dan takut akan kekurangan terhadap hal-hal material, dan agama merupakan salah satu kunci yang mengajarkan untuk tidak takut akan rasa kekurangan dengan konsep kepemilikan hakiki oleh Tuhan dan konsep distribusi berbasis teologi dinilai adil. 

Syafruddin menyimpulkan bahwa ilmu ekonomi tidak dapat dilepaskan dari konsep agama. jadi ada kekeliruan yang sangat fatal apabila ada pemerintahan yang hanya memandang masalah ekonomi dari satu titik pandang ilmu ekonomi tanpa memperhatikan pandangan agama. 

Agama harus dilibatkan dalam lingkup kegiatan ekonomi dan pasar untuk menciptakan tempat yang sejuk bagi semua pihak. Syafruddin mengharapkan bahwa kegiatan ekonomi harus berdasarkan nilai, agar kegiatan ekonomi memiliki makna.

Syafruddin menekankan bahwa sistem ekonomi yang ingin dibangun tidak lain yaitu sistem ekonomi Islam. dalam sistem ini agama merupakan ajaran yang berdasarkan pada al-Quran dan Sunah sebagai petunjuk untuk berfikir dan bertindak.

Dalam mencari nafkah, nilai nilai yang diterapkan Syafruddin yaitu seseorang harus memperhatikan halal dan tidak halalnya sumber pendapatan dalam pekerjaannya. dimana sumber mata pencaharian halal dibagi menjadi 3 macam diantaranya usaha dan kerja keras sendiri serta cara yang diridhai oleh Allah swt, perdagangan dilakukan dengan suka sama suka, pemberian dilakukan dengan sukarela.

Dalam hal ini, Syafruddin sangat percaya terhadap kebenaran agamanya. olehnya agama harus dikaitkan dengan kegiatan ekonomi untuk menguatkan Kembali akhlak manusia yang telah merosot akibat dipenuhi dengan nafsu untuk menguasai bahan baku demi kepentingan sendiri. agama sangat berperan penting demi  meluruskan Kembali tujuan Allah yang dulunya tujuan mereka yaitu untuk mencari kesenangan dan kemakmuran di dunia saja tanpa mempedulikan kemakmuran akhirat. 

Dengan agama, ambisi untuk menguasai bahan baku demi kepentingan golongan lama kelamaan akan sirna seiring dengan tutuntan agama akan pentingnya sedekah, doktrin ini dapat terwujud mengingat masyarakat muslim Indonesia sangat religius dalam menjalankan agamanya.

Dari situ dapat ditarik sebuah konklusi bahwa kehidupan ekonomi dan agama ingin diselaraskan agar mampu menciptakan iklim ekonomi yang berisi  dan adil bagi semua golongan tanpa mendiskriminasi golongan lain. Dengan adanya campur tangan agama maka kehidupan ekonomi dapat berjalan dengan adil dan mencapai kesejahteraan seperti yang dicita-citakan oleh seluruh sistem ekonomi di dunia.

Penulis: Sahabat Regina (Kader PMII Rayon Ekonomi Dan Bisnis Islam Komisariat UIN Alauddin Makassar Cabang Makassar)
Foto: tirto.id

You may like these posts