Refleksi Harlah PMII Ka Genep Hiji

Refleksi Harlah PMII Ka Genep Hiji


Disebuah sudut ruangan persegi, di temani hamparan Sekar atau ampas asap rokok yang melukis lantai, serta sebuah papan tulis putih dengan coretan tinta hitam yang selalu terpajang didinding ruangan.

Ditempat inilah para aktivis pergerakan menghabiskan waktunya pagi, sore, hingga larut malam duduk nyaman untuk mendapatkan sebuah pemahaman-pemahaman intelektual, menyiapkan dan memantaskan dirinya untuk nanti terjun ditengah masyarakat guna mewujudkan tujuan yang terkandung diorganisasi yang digelutinya (PMII).

Sebuah lembar legalitas sarjana bagi mereka itu hanya hingar bingar euforia semata sebagai mahasiswa. Betapapun pentingnya sebuah legalitas dari selembar kertas gelar sarjana itu, tetapi ada sebuah hal yang sangat penting dan mendalam dengan keberadaan mahasiswa saat ini.

17 April 1960 M tepatnya 61 tahun yang lalu, sejarah dunia mencatat, di daerah Surabaya tepatnya di Wonokromo, lahirlah sebuah organisasi kepemudaan yang menaungi mahasiswa dari berbagai universitas, institut, dan seluruh perguruan tinggi, yaitu bernama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). pada tahun 1960 partai-partai besar yang ada di negeri tercinta Indonesia ini mempunyai angkatan muda, wabil khusus dikalangan mahasiswa, seperti halnya GMNI, HMI, Masyumi dan lain-lain. Tetapi Nahdlatul ulama (NU) yang notabene memiliki basis massa terbesar di Indonesia, malah justru tidak memiliki. Sehingga tercetuslah ide dari setiap daerah untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan bernama PMII kala itu.

Perjalanan organisasi PMII tak semulus yang sahabat-sahabat kira dan pikirkan, PMII banyak sekali melewati berbagai dinamika yang dihadapinya, terutama pada awal berdirinya PMII, dimulai oleh penolakan dari kalangan internal Nahdlatul Ulama maupun dari luar Nahdlatul Ulama, serta peristiwa independensi PMII pada tahun 1972 di Lawang, Malang, Jawa Timur, yang sampai hari ini sering disebut sebagai Deklarasi Murnajati, dimana secara struktural PMII lepas dari Banom Nahdlatul Ulama.

PMII sebagai entitas pergerakan yang memasuki usia paruh baya, mengemban tugas danamanah mengawal, merawat dan menjaga wacana nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyah, selalu ikut berkecimpung dalam sebuah pola dan pendekatan lama yang usang. 

Pola-pola sedemikian rupa ini bisa kita lihat seperti halnya parade demonstrasi, aksi protes maupun advokasi, selain itu semua tak perlu diragukan kembali apabila dikaitkan sebagai social organizer, Jikapun masih baik dan perlu kita rawat, pola-pola semacam itu tidak perlu ditinggalkan.

Dalam momentum hajat tahunan organisasi terbesar di Indonesia ini yaitu PMII atau perayaan Harlah PMII bagi sebagaian orang di jadikan sebuah refleksi untuk mengukur sejauh mana lompatan proses-proses organisasi yang sudah dilalui. 

Harapan dari pada itu semua, kedepan organisasi PMII agar satu versi satu frekuensi yakni mengkonstruk setiap ketertinggalan serta kegagalan dari pencapaian yang harus digapainya.

Mari kita coba menerawang dan meraba-raba masa depan PMII, pertanyaanpun timbul, akan bagaimana cara kita melihat masa depan PMII?. Karena nantinya, hal ini akan menentukan titik, tantangan, serta gambaran dari berbagai unsur mekanisme didalamnya, salah satunya mekanisme kaderisasi dan terobosan alternatif yang cocok dan patut kita ambil, guna kebutuhan organisasi kedepan.

Sebelum jauh melayang ke awang-awang menghayalkan bagaimana masa depan organisasi sebetulnya itu semua sudah selayaknya kita patut memikirkan ulang citra diri organisasi, organisasi PMII ebagai sebuah organisasi pergerakan kita artikan atau definisikan seperti apa?, 

Dan harus bisa menakar sejauh mana relevansi yang sebenarnya?

Mengutip dari tema kongres PMII yang ke-XX yaitu organisasi maju menuju peradaban baru, Itu semua sebetulnya harus mempunyai syarat normatif yang harus benar-benar dipenuhi. Salah satunya, yang pertama ialah mempunyai database yang update dan lengkap. Kenapa Database? Karena Database sangat diperlukan untuk sebuah organisasi, apalagi organisasi yang sudah melembaga seperti PMII, agar kita dapat melakukan serta melaksanakan mapping dan kepentingan serta kebutuhan organisasi lainya.

Selanjutnya sebagai organisasi maju, PMII harus menerapkan tertib administrasi. Kenapa administrasi? administrasi adalah modal penting dalam berjalanya regulasi organisasi. Bisa dikatakan administrasi menjadi salah satu marwah organisasi. Melaksanakan tertib administrasi berarti menjaga wibawa organisasi. Di dalam organisaisi PMII administrasi sudah diatur dalam pedoman administrasi yang ditetapakan lewat MUSPIMNAS di Boyolali.

Ketiganya ialah sistem serta pola kaderisasi dan distribusi. Sebagai organisasi maju kaderisasi merupakan ruhnya bagi organisasi. Tanpa adanya kaderisasi maka organisasi itupun akan mati. Didalam organisasi PMII kaderisasi terbagi menjadi tiga, yaitu formal, non formal, dan informal sebagaimana termaktub dalam peraturan organisasi hasil MUSPIMNAS Boyolali 2019. Dibahas sangat rinci mulai yang formal seperti Mapaba, PKD, PKL dan kaderisasi non-formal dan informal yang lebih menekankan terhadap pengembangan softskill seperti pelatihan-pelatihan, diskusi dan lain sebagainya.

Kaderisasi bertujuan serta harus diwujudkan sebagai sebuah proses pendidikan akan penanaman nilai-nilai yang Ada di organisasi baik itu secara berjenjang maupun berbasis kekeluargaan dan budaya organisasi, sebagai bentuk upaya eksistensi keberlangsungan berjalannya organisasi PMII kedepan. Oleh sebab itu, maka regenerasi menjadi bagian mutlak dari PMII.

Selain daripada itu, dengan berbagaimasalah kaderisasi yang begitu kompleks, perlu ada upaya kolektif untuk merancang, mempola kaderisasi supaya lebih sistemik, efektik dana adaptif. Paling utama yang perlu sahabat-sahabat ingat bahwa kuantitas kader itu bukan menjadi satu-satunya tujuan yang harus dicapai, dengan demikian kualitas kader harus kita perhatikan dan benar-benar menjadi prioritas bersama. Apabila organisasi PMII hari ini hanya berorientasi padakuantitas dan mengesampingkan kualitas, kaderisasi bukan lagi menjadi bagian yang sangatfundamental organisasi PMII, ia berjalan sebatas formalitas, tak perlu panduan kurikulum, pembentukan karakter dan mentalitas kader kita buang, tidak usah mendasarkan logikaterhadap militansi apalagi kemandirian kader yang hal ini sebenarnya membutuhkan latihan secara continue dengan pendampingan konsisten dan pola kaderisasi yang jelas.

Dari wacana tulisan diatas dan hari lahir PMII ke-61 ini, pondasi pergerakan harus benar-benar ditata ulang dengan sadar, kritis dan kreatif serta adaptif seiring dengan perkembangan zaman yang begitu cepat hari ini, Sadar disini berarti mengetahui siapa dirinya (PMII). Kritis berarti cerdasbserta cermat membaca situasi atau reaitas organisasi khusunya, umumnya realitas sosial masyarakat dan geo-ekosospol (GEO ekonomi sosial politik) dunia. Kreatif berartimampu melakukan kerja gerakan secara terstruktur sertaterukur dari level institusi PMII paling tinggi Sampai level PMII sampai bawah.
Selamat harlah PMII ku..!!

Penulis: Sahabat Hasbi Muhammad (kader PK PMII syamsul'ulum Cabang kota Sukabumi)

You may like these posts