Refleksi Sejarah Al-Qur'an Terhadap Prioritas Masa Kini

Refleksi Sejarah Al-Qur'an Terhadap Prioritas Masa Kini


Penulis: Sahabat Ihza Maulina (PMII Rayon Syariah Komisariat KAG IAIN Pekalongan) dan Sahabat Moh. Sukri (PMII Rayon Hukum Komisariat Universitas Tadulako) 

Sejarah telah mengisahkan potongan-potongan kalam Allah SWT yang dapat dijadikan pedoman bagi seluruh umat Islam. Namun, pengetahuan dan indera manusia tak mampu untuk menembus petunjuk dari Allah SWT. Sebagai perantaranya, Allah SWT telah mengutus seorang rasul untuk menyampaikan wahyu dari-Nya kepada umat Islam di dunia, yaitu baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau menerima wahyu pertama kali di Gua Hira tentang perintah membaca (iqro') dalam surah Al-Alaq: 1-5 melalui malaikat Jibril. 

Mengapa Allah Swt memerintahkan Nabi untuk membaca? Sebab beliau adalah perantara-Nya. Manusia pilihan Allah Swt yang dipercaya (amanah), memiliki kecerdasan (fatanah), jujur (shiddiq), dan mampu menyampaikan (tabligh). Dengan membaca, Nabi Muhammad Saw dapat mengerti apa yang disampaikan oleh Allah Swt dalam setiap wahyu-Nya melalui malaikat Jibril sehingga beliau dapat menyampaikan kepada umatnya di dunia. 

Dalam menyampaikan isi kalam Allah SWT, Nabi mengalami berbagai hambatan, bahkan sering terjadi peperangan. Namun, Nabi tak menjadikan konflik tersebut menyurutkan tujuannya untuk berdakwah. Nabi tetap menyampaikan dakwahnya secara damai dan tanpa kekerasan. Telah diketahui bersama bahwa dahulu Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi, kemudian dilanjutkan secara terang-terangan. Perlu kita pahami bersama makna hijrah dari Mekkah ke Madinah. Kemudian Nabi juga mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin. Itulah alasan Islam disebut sebagai agama yang penuh kasih sayang bagi seluruh alam termasuk manusia. 

Nabi Muhammad SAW ketika menerima wahyu tidak langsung dibukukan, karena wahyu belum selesai turun semasa beliau masih hidup. Beliau memerintahkan beberapa sahabat yang memang ditugaskan secara khusus untuk mencatat setiap ayat atau wahyu yang turun seperti Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin Ka’ab. Mereka menuliskan ayat Al-Qur'an di berbagai media yang bisa digunakan saat itu, mulai dari pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, hingga potongan tulang binatang.

Ketika tiba wafatnya Rasulullah SAW, wahyu juga ikut berhenti turun. Seluruh mushaf-mushaf dikumpulkan oleh para sahabat. Sehingga pada zaman sahabat Utsman bin Affan seluruh mushaf ditulis dalam bentuk kitab. Ya, kitab yang sampai sekarang masih menjadi pedoman bagi umat Islam, yakni Al-Qur'an. 

Al-Qur'an adalah salah satu kitab suci yang diturunkan Allah Swt dari tiga kitab suci lainnya, yaitu kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Tujuanya sama, yaitu mengajarakan ketauhidan kepada Allah SWT. Kita pun boleh memercayai, tapi tidak boleh mengimaninya. Saat ini yang kita imani adalah penyempurnaan dari ketiga kitab itu yang telah dituliskan dalam Al-Qur'an. 

Lambat laun, Al-Qur'an di masa kini telah berangsur-angsur hilang, mengapa demikian? Karena sebagian besar umat Islam saat ini tidak lagi menjadikan prioritasnya kepada Al-Qur'an, padahal Allah Swt sudah mengatakan dalam surah Yunus: 57 yang artinya: "Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman."

Tapi seiring dengan berkembangnya zaman, prioritas kepada Al-Qur'an mulai luntur. Semua itu telah dipengaruhi oleh media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, Game Online, dan lain sebagainya. Apakah ketika matahari terbit dari arah tenggelamnya baru kita akan mulai membacanya? Apakah setelah tulisan Al-Qur'an menghilang baru kita akan mulai membacanya? Seperti inikah Al-Qur'an masa kini? 

Berdasarkan sejarah yang sudah kita ketahui bersama, eksistensi dan kecintaan terhadap Al-Qur'an perlu terus ditingkatkan. Maka dari itu, sebelum terlambat marilah kita membaca Al-Qur'an. Memang dampak dari dunia digitalisasi atau media sosial membuat kita terlena. Mari bersama dekatkan diri. Luangkan waktu untuk Al-Qur'an. Sisakan waktu kerjamu, sisakan waktu belajarmu, dan sisakan waktu tidurmu untuk melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an.

Editor: Riyan
Foto: anteraja.id

You may like these posts