Tuhan Ilusi Nietszchean

Tuhan Ilusi Nietszchean



Penulis: Aufklarung (kader PMII Rayon FTIK IAIN Jember)

Wacana tentang Tuhan sudah sering kita ketahui dalam Alkitab dan literatur-literatur agama. Ajaran tentang pengenalan Tuhan kepada manusia sudah banyak dilakukan oleh beberapa kalangan tokoh dan para ahli yang membahas teologi. Diskursus ini ingin menguak Tuhan itu ada atau hanya sebatas ilusi (metafora) yang digembar-gemborkan dalam beberapa dekade. Karena hingga hari ini, beberapa aliran-aliran dalam lingkup agama berbeda pendapat dalam mengkaji Tuhan. 

Dalam abad pertengahan, kajian tentang ketuhanan dari perspektif beberapa tokoh seperti Thomas Aquinas dan beberapa tokoh lainnya berbeda-beda dalam menjelaskannya. Kajian seperti ini bisa dilihat dalam buku sejarah filsafat pertengahan. Luasnya wawasan pengetahuan menjadikan Tuhan dimaknai secara universal, sehingga Tuhan yang asli atau yang melebihi yang "Ada" itu seperti apa? Intinya, seseorang akan mengetahui Tuhan jika telah mempelajarinya. 

Nietszche, seorang tokoh filsuf terakhir sekaligus penutup di abad modern mengkaji Tuhan melebihi yang "Ada". Menurutnya, Tuhan yang diterangkan dalam dekade yang lalu hanya sebatas realitas yang diciptakan oleh manusia. Sehingga ia mengkritik ajaran teologi yang menurutnya paling benar dan tak terbantahkan. Yang "Ada" hanya sebatas omong kosong dari para ahli karena Tuhan yang dipercaya oleh Nietszche melebihi semuanya. Ia mengatakan seseorang tidak akan mengetahui yang "Ada" sebagai kebenaran absolut jika masih berpegang teguh pada historisitas dan obyektifitas. Oleh karena itu, pegang teguhlah subyektifitas pengetahuan, karena yang obyektif masih bersifat metaforis. 

Semuanya tidaklah kekal. Ia mengandung unsur permainan dari beberapa personal untuk mengeksplorkan isi dari kepalanya. Semuanya serba realitas, karena pada saat itu ia dikelilingi oleh para pendeta protestan yang mendoktrin dan menjadi ajaran yang paling benar di zamannya, sehingga ia ingin keluar dari ajaran dogma yang paradoks itu. Tuhan yang sejati tidak dapat dikatakan maupun diterjemahkan dalam apapun. 

Tuhan dalam terjemahan hanya sebuah eksistensi dari seseorang karena masih terdapat sifat-sifat, ada, bentuk, esensi, dan unsur-unsur realitas. Ajaran mengenai panteisme, wihdatul wujud, dan sebagainya hanya sebuah karangan metafor dari para penyair pujangga. Jargon yang terkenal dari Nietszche, "Tuhan telah mati", sebenarnya ialah kritikan terhadap Tuhan-Tuhan yang dipandang sebagai obyektifitas. Tuhan Nietszche melebihi semuanya, jadi subyektif. Semua kebenaran dari masing-masing orang hanya sebatas ilusi dan tidak cukup untuk memperoleh kebenaran. Karena kebenaran masih dibawah subyektif. Itulah mengapa Nietszche disebut sebagai seorang Atheis, padahal ia masih menganut ajaran teologi yang melebihi semuanya.
 
Refleksi, 06/05/2021

Editor: Riyan

You may like these posts