Haruskah PMII Diperjuangkan?

Haruskah PMII Diperjuangkan?


Penulis: Sahabat Ahmad Zuhdy Alkhariri (Rayon Abdurahman Wahid, Komisariat Raden Mas Said, Cabang Sukoharjo)

PMII atau Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia salah organisasi Islam mahasiswa berpengaruh di Indonesia. Dibawah perjuangannya, organisasi ini berdiri atas kedaulatan tokoh agamis, aktivis, dan lain-lain. Menjelma menjadi organisasi pergerakan, membuatnya banyak memberikan positif tentunya pada masyarakat Indonesia. Dari era Mahbub Djunaidi sampai Gus Abdullah Syukri kemajuan pola pikir yang diimbangi dengan kemajuan teknologi sudah semestinya PMII maju dalam genggaman. 

Lantas apa yang membuat PMII mudah untuk ditaklukkan?. Ini adalah pertanyaan-pertanyaan keluh kesah atas peristiwa terjadi disetiap daerah masing-masing. Karena itulah PMII mempunyai kultur berbeda-beda untuk memperkuat kebhinekaan dalam mengenalkan budaya, agama, dan memperkuat Islam yang moderat. Salah satunya yakni memperkuat ideologi yang kita kenal “ahli Sunnah wal-jama’ah”. Ideologi ini juga memiliki pengakuan segala ormas mulai dari: LDII, Muhammadiyah, Nahdlatul ‘Ulama, Wahabi.

Dengan ragam berbeda-beda, ideologi Aswaja bisa masuk kapan saja yang mereka mau. Apapun organisasinya memiliki ideologi Aswaja, seakan-akan kuat dalam pendiriannya. Islam semakin jaya di kekuasaannya. Dengan begitu, mereka gampang saja diperbudak harus sesuai ajaran Aswaja, kalau tidak maka bukan golongannya. Mengapa ideologi Aswaja mudah dipelajari? Apakah ada yang salah dari ideologi aswaja?. Dalam keadaan seperti ini, PMII memperkuat roda kaderisasinya dari: ranah nasional, provinsi, kabupaten, kampus, maupun fakultas masing-masing.

Sistem organisasinya sangat membantu mahasiswa guna mencapai kekuasaan, kemakmuran, dan keadilan. Apalagi digabungkan oleh paradigma-paradigma para aktivis memperkuat daya nalar arah kebersamaan. Oleh sebab itu, pmii harus mempunyai kekuatan-kekuatan untuk mempertahankan runtuhnya kemunduran cabang-cabang tersebar di Indonesia. Perlu kita ketahui kemajuan organisasi disebabkan kuatnya pertahanan-pertahanan dalam mewujudkan nilai-nilai Indonesia.

PMII patut berbangga memiliki Mahbub Djunaidi yang merupakan keturunan Kyai. Dari sinilah PMII lahir memajukan pola berpikir yang enerjik, inovatif, serta tanggap dalam problematika kehidupan. Mahbub beranggapan “pemerintah yang baik adalah yang berorientasi kepada kepentingan rakyat banyak, bukan berorientasi kepada kecil tuan-tuan besar yang hidup di gedung bertingkat dilindungi kaca seperti permen dalam topless” ujarnya

Meninjau dari segi keilmuannya tentu berkaca persoalan-persoalan agama yang terus dibayang-bayang kader PMII. Tentunya isu tentang agama memang sangatlah sensitif, didukung dengan pesatnya teknologi informasi, permasalahan yang berawal dari permasalahan agama dilempar melalu media-media, alhasil permasalahan intoleransi dan lain sebagainya sangat membesar di akar rumput. Negeri ini memiliki 17.000 pulau dan 1200 suku bangsa yang menunjukkan keragaman yang luar biasa (Ahmad Wasi’ , 2019).

Ditambah masalah lainnya yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini sangat kompleks, menyangkut problem sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum dan seterusnya. Hampir semua masyarakat tahu bahwa praktik korupsi di negeri ini sudah menjadi tradisi dan menjama’ah, mulai dari tingkat elit birokrasi hingga tingkat bawah. Sementara itu kasus mafia hukum dan makelar kasus (markus) hingga sekarang belum jelas penyelesaiannya. Berbagai polemik antarelit politik kita tak jelas arahnya, demikian pula arah kebijakan pemerintah selama ini (M. Zainuddin dkk, 2015).

Gambaran tersebut mengajarkan kita pentingnya mempelajari PMII yang telah dibangun melalui pondasi kuat terhadap tokoh-tokoh tersebut. Tidak hanya Mahbub yang berpengaruh melalui gagasannya tentang tulisannya, pemikirannya, serta perjuangannya. Namun kita yang selalu dibelakang setiap PMII mengalami penindasan ketidakadilan kepada siapa saja. Disisi lain, kita sebagai kader harus mampu menguatkan satu sama lain agar perjuangannya terasa manis di indahkan. Hal yang harus kita perhatikan sebagai kader adalah berjuang dan berjuang!. Bila mana PMII mengalami permasalahan, maka seyogyanya kita mampu menggerakkan seperti mesin. Semoga perjuangan PMII tidak sia-sia dilakukan, tetapi rasa penghormatan bangsa. Salam pergerakan!.

Editor: Yakin

You may like these posts