Menelisik Peran Mahasiswa Lintas Zaman

Menelisik Peran Mahasiswa Lintas Zaman


Status sebagai mahasiswa bukanlah status remeh sekedar belajar duduk mendengarkan dosen. Bukan sekedar melulu berjibaku dengan tugas perkuliahan dan sibuk mengejar ambisi pribadi. Lebih dari sekedar itu, berbicara tentang mahasiswa, dimana terdapat kata “Maha” di depan kata “Siswa” tentu sudah jelas menggambarkan betapa tanggung jawab yang diemban lebih dari sekedar siswa biasa. Kalimat agent of change dan agent of control selalu melekat tak terpisahkan sebagai identitas yang dibawanya. Mengetahui tugas berat itu patutlah disadari sebagai mahasiswa dituntut harus lebih peka, lebih cepat tanggap serta lebih kritis dalam menanggapi persoalan sosial. Akan tetapi tidak semua mahasiswa harus dan mau menanggung beban sosial dan moral ini. Masih ada jiwa-jiwa apatis menutup mata dari realita persoalan sosial yang ada di negeri ini. Hanya orang-orang terpilih yang mau duduk bergabung, berdiskusi dan beraksi mengambil tugas sebagaimana seharusnya mahasiswa melakukan pergerakan.

Pemikiran-pemikiran intelek dan berkualitas dibutuhkan untuk membuat perubahan di negeri ini. Menengok sejarah perjuangan di masa lalu, sejarah mencatat Tiga Tuntutan Rakyat (TRITURA) 1966 menjadi salah satu penanda pergerakan protes mahasiswa mewakili masyarakat Indonesia terhadap kekecewaan dan ketidakpuasan kepada orde lama. Hingga turunnya Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) menandai berakhirnya kepemimpinan orde lama. Kemudian peristiwa 12 MEI 1998 empat mahasiswa Trisakti tewas tertembak saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Sampai saat ini tragedi trisakti menjadi salah satu bagian sejarah tak terlupakan perlawanan mahasiswa menuntut reformasi. 

Dua peristiwa besar yang dipelopori oleh gerakan mahasiswa dan pemuda tersebut telah memberikan perubahan besar dalam tatanan sosial maupun politik di Indonesia. Bagaimana pergerakan mahasiswa saat itu membuka fakta yang saat ini menjadi kisah legenda yang nyata. Betapa hebatnya para jiwa-jiwa muda kala itu yang menjadi wakil intelektual bagi masyarakat yang tak paham hukum bahkan tak paham aksara, tulis dan baca. Implementasi peran mahasiswa sebagai agent of change terlihat nyata di jalankan di sini. Lalu sudah selesaikah pergerakan dan perjuangan mahasiswa untuk negeri ini? Bagaimana mahasiswa masa sekarang ini harus berperan dan menempatkan diri? 

Tentu saja pergerakan itu belum selesai, beda zaman beda pula cara dan tantangannya. Efek kebebasan berpendapat setelah reformasi membuat pola pikir tentu menjadi berbeda. Kebebasan ini sebenarnya seperti dua sisi mata uang. Kemajuan teknologi yang mengarah pada digitalisasi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi. Konon era ini disebut dengan era milenial. Generasi milenial lahir pada tahun 1982-2000. Mahasiswanya pun juga disebut kaum milenial. 

Teknologi berperan penting dalam pergerakan mahasiswa milenial. Penggunaan berbagai platform seperti youtube, instagram, facebook dan email menjadi ciri khas di era ini. Jika dulu sangat susah untuk memperoleh informasi, maka sekarang sangat mudah bahkan sampai overload informasi. Namun menilik realita yang sesungguhnya karakteristik mahasiswa milenial ini adalah cenderung berpikir materialistis, berpandangan hedonisme dan cenderung individualistik serta keinginan mendapat segala sesuatu dengan cepat dan instan. Jika dulu mahasiswa duduk di warung kopi untuk mendiskusikan visi dan misi kemajuan Indonesia, maka sekarang kebiasaan ngopi menjadi ajang nongkrong berkedok hedonisme dengan visi misi foya-foya. Efek samping dari perilaku individualistik adalah kurangnya kepekaan dan kepedulian kepada lingkungan sekitar dan permasalahan yang ada. Mereka menjadi dungu dengan ambisi pribadi serta tidak memiliki pemikiran visioner untuk negeri ini. Padahal seharusnya dengan kemajuan teknologi ini dapat menjadi alat baru dalam pergerakan dan perjuangan kemakmuran Indonesia.

Pergerakan pemuda dan mahasiswa pada zaman kolonial adalah melawan para penjajah demi mengantarkan Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya pergerakan dan perjuangan setelah kemerdekaan hingga reformasi adalah memerangi pemerintahan yang diktator demi terciptanya pemerintahan yang demokratis. Hingga saat ini mahasiswa masih memiliki tanggung jawab dalam pergerakan dan perjuangan demi Indonesia yang lebih baik. Mahasiswa era milenial memiliki peran mengimplementasikan kemajuan teknologi yang ada dengan tepat supaya tidak menjadi bumerang. Dari zaman ke zaman mahasiswa memiliki cara yang berbeda dalam melakukan pergerakan dan perjuangan. Akan tetapi tujuan umum tidak akan pernah berubah, yaitu mempertahankan NKRI sebagai harga mati.:

Penulis: Sahabat Novanda Sasongko Putra (Kader corat coret kom Doktor Nugroho Magetan)

You may like these posts