Demokrasi Hitungisasi Bukan Ala mahbub Djunaidi

Demokrasi Hitungisasi Bukan Ala mahbub Djunaidi


Penulis: Sahabat Mohammad Izki Apriliana (kader PK PMII Syamsul'ulum Cabang Kota Sukabumi)

Sebuah pribahasa yang begitu indah nan penuh makna, "bagai pagar makan tanaman" atau dalam istilah sundanya "nulungan anjing kadempet". Konsep berbaik hati dan berbaik sangka, masihkah berlaku dalam hal politik? Tak adakah setiap tindakan tak dimaknai secara politis disaat momen politik?

Muak rasanya ketika sedang berada dalam lingkaran politik yang serba kotor dan saling menggigit, tak ada lagi kawan sejati yang ada hanya kawan sekepentingan, tak ada lagi pandangan persahabatan, yang ada hanya pandangan kabur berlandaskan segala dugaan.

Tidakkah kita tersadar akan makna demokrasi pancasila yang sesungguhnya, dimana nilai musyawarah mufakat menjadi pedoman utamanya. Doktrin politik demokrasi yang salah kaprah telah mengakar dan seolah membatu di kepala. Tentang memaksakan kehendak tanpa memikirkan dampak besar akibat dari mimpi pribadi yang coba direalisasikan untuk kepentingan umum, sudah berfikir atau jangan-jangan malah tidak memikirkan?

Saat kebanyakan orang menganggap bahwa mendapat undian judi online adalah cobaan yang begitu berat, sebagian yang lain malah bersenang karena merupakan impiannya. Pun demikian halnya dengan sebuah singgahsana tertinggi sebuah hierarkis. Orang menggap amanah yang berat saat mendapatkannya, sementara yang lain malah senang karena mempermudah kepentingannya.

Demokrasi pancasila menurut Mahbub adalah satu media untuk mencapai kepentingan bersama, tanpa embel-embel individu. Mahbub menegaskan bahwa nilai sebuah demokrasi adalah bukan kemenangan secara parsial, tetapi kemenangan bersama, kemenangan untuk memajukan cita-cita bersama. Meritokrasi? Dimana orang yang cakap dibidang tertentu ia ditempatkan untuk bidang tersebut, alhasil kerjanya lebih proporsional dan profesional karena itu memang dunianya. Tak terkecuali dalam sebuah organisasi ideologis, penempatan atau distribusi sumber daya manusia harus tepat sasaran sehingga dapat berdampak pada kemajuan yang lebih masif.

Romo franz Magnis menyebutkan bahwa filsafat politik bukanlah berorientasi pada kemenangan pribadi, bahwa filsafat politik adalah untuk memecah segala persoalan yang ada ditengah masyarakat guna tercapainya wujud dan kehidupan yang tentram serta berkemajuan menuju ke arah yang lebih baik.

Maka reorientasi pemaknaan tentang politik dan demokrasi harus digalakkan ditengah masyarakat, terlebih kalangan terpelajar yang katanya harus melek politik. Kontaminasi dari berbagai media yang ada, serta suguhan dalam pemandangan keseharian telah merubah stigma politik dan demokrasi yang selalu berorientasi pada kemenangan juga hitungan tanpa menjalankan proses demokrasi yang sesungguhnya. "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan." Permusyawaratan inilah yang kerap kali terlupakan, atau bahkan dilupakan, atau yang lebih parah disengaja disalah tafsirkan.

Kembalikan hakikat demokrasi pancasila pada tafsir yang sesungguhnya, yakni demokrasi yang tak pernah mengenal angka. Reorientasikan pemaknaan politik pada yang semestinya, politik bukan sekadar menjadi anggota partai politik, kampanye, koalisi dan black champaign yang kemudian menjadi anggota dewan. Berpolitik adalah bermasyarakat, mengamati apa yang terjadi di sekitar dan punya keberanian untuk membela suara yang benar, serta berdiri diatas semua golongan.

Editor: Yakin

You may like these posts