PC PMII Kota Pasuruan: Curhat Atau Memang Sebuah Gagasan?

PC PMII Kota Pasuruan: Curhat Atau Memang Sebuah Gagasan?


Penulis: Sahabat Hafid Zaini (Ketua Komisariat PMII Ki Hajar Dewantara Pasuruan)

Menghitung hari menuju KONFERCAB Ke-XX PMII Cabang Pasuruan, berita dan informasi tentang KONFERCAB Ke-XX menjadi sorotan Kader PMII Se-Pasuruan dan bahan diskusi yang menarik untuk para panglima PMII di setiap perguruan tinggi yang di naungi PMII Cabang Pasuruan.
Momentum KONFERCAB Ke-XX akan di laksanakan pada 29 juli, dengan berakhirnya masa kepengurusan PMII Cabang Pasuruan masa khidmat 2019/2020. 

Munculnya pandemi COVID-19 di tengah periode kepengurusan PMII Cabang Pasuruan masa khidmat 2019-2020, mengakibatkan molornya KONFERCAB Ke-XX ini, yang seharusnya dilaksanakan tujuh bulan yang lalu, namun hal ini tidak mengurangi semangat kader PMII Pasuruan mempersiapkan gagasan-gagasannya pada KONFERCAB Ke-XX, untuk menjawab tantangan organisasi dalam menghadapi pandemi COVID-19 agar tidak menjadi halangan dalam berproses dan mengawal perkembangan PMII cabang Pasuruan

Kerap kali, KONFERCAB Ke-XX PMII Cabang Pasuruan dihantui dengan narasi dikotomi kota dan kabupaten, hal ini merupakan asumsi setiap pemetaan kekuatan suara yang berlandasakan kultur ataupun jarak perguruan tingginya. Dan berdampak pada munculnya wacana PMII Kota Pasuruan. Iya, muncul di momen KONFERCAB saja. Sungguh mencemaskan, indikator tersebut menunjukkan kemampuan literasi, numerasi, berpikir, bernalar dan sikap profesional kader masih sangat rendah.

Budaya demokrasi membutuhkan kekuatan rasionalitas, empiris dan sistematis dalam berpikir dan pemetaan kekuatan pencalonan, sulit dikembangkan dalam berpikir kemajuan bila baca tulis dan nalar ilmiah yang lemah.
Munculnya kesadaran bahwa KONFERCAB Ke-XX sebagai forum yang memunculkan gagasan baru untuk kemajuan PMII Cabang Pasuruan, tidak sebatas kemenangan pencalonan. Maka KONFERCAB Ke-XX mampu untuk mempertimbangkan kreasi baru PMII Cabang Pasuruan untuk menjadi garda terdepan dalam penyelesaian pandemi COVID-19 dan dikotomi kota kabupaten.

Antara idealistis dan realistis PC PMII Kota Pasuruan

Secara idealistis dibayangkan bahwa hubungan kaderisasi dan pendidikan adalah tujuannya sama. Menurut Benyamin S Bloom, “titik capaian manusia dalam proses pendidikan adalah ketika mencapai tahap mengkreasikan (creation)”. Sehingga mampu untuk berbagi dan bermanfaat. Itulah tujuan dari kaderisasi dan pendidikan yang selama ini kita lakukan.

PC PMII Pasuruan maupun PC PMII Kota Pasuruan harus menjadi kerangka paradigmatik dalam pembangunan kabupaten maupun kota Pasuruan. Dengan memunculkan kader “pintar dalam pemikiran, cerdas dalam gerakan dan menjadi suri tauladan”. Namun gagasan yang tidak terwujudkan akan hanya menjadi curhatan yang hanya mengusik telinga kader dan membuang tenaga saja.
Secara realistis, semakin jelas dengan adanya 7 komisariat yang mayoritas di perguruan tinggi masing-masing mempunyai basic pendidikan dan basic pesantren. Ini sangat menunjang apabila pasca KONFERCAB dengan ketua umum yang yang terpilih mempunyai kesadaran akan pentingnya mengelola sumber daya manusia yang ada sebagai manufer gerakan dalam meningkatkan great PMII Cabang Pasuruan dalam mewujudkan kaderisasi yang mampu bersaing dengan cabang PMII yang berada di kota pendidikan.

Namun sebaliknya, jika kemunculan PC PMII Kota Pasuruan yang menjadi gagasan baru di KONFERCAB Ke-XX ini. Jelas 3 komisariat yang berada di kota Pasuruan hari ini meliputi Komisariat Merdeka, Komisariat Ki Hajar Dewantara dan Komisariat STIT akan dinaungi oleh PC PMII Kota Pasuruan. Semoga saja itu disebabkan karena gagasan besar bukan dalih kekuasaan.

Dalam konteks kemahasiswaan, semakin banyak orang yang sadar dan paham akan semkin baik pula konsepsi kita akan bagaimana mahasiswa ideal yang semestinya. Sehingga memungkinkan kader PMII Pasuruan bukan hanya bermindset lulus tepat waktu akan tetapi kader PMII Pasuruan wajib punya mindset lulus minimal S2. Agar terbangun narasi PMII cabang Pasuruan siapkan kader agar sukses kuliah, sukses organisasi, sukses berbagi dan bermanfaat.

Mari kita refleksikan bahwa tidak begitu penting dikotomi kota dan kabupaten. Tetapi yang lebih penting adalah jiwa pergerakan termanifestasi dalam bentuk gerak dan langkah yang selalu optimis transendental. Percaya pada kemampuan diri dengan tanpa melupakan keberadaan Tuhan YME yang menjadi puncak dari pengharapan serta tujuan kita sahabat.

Editor: Yakin

You may like these posts