Perempuan dan Kepastiannya

Perempuan dan Kepastiannya


Penulis: Sahabat Ahmad Zuhdy Alkhariri (Rayon Abdurahman Wahid, Komisariat Raden Mas Said, Cabang Sukoharjo)

Manusia diciptakan terdiri dari dua jenis kelamin, yakni laki-laki dan perempuan. Keduanya dianugerahi akal untuk mengerti tindakan yang harus dilakukan. Termasuk dalam mengenal satu sama lain. Namun siapa sangka jika ada kehidupan antara laki-laki dan perempuan ditemukan hal-hal memprihatinkan demi eksistensi. Mulai dari kasus pemerkosaan, pemaksaan perkawinan, sampai menjadi objek hiburan setiap kenikmatan kaum laki-laki. Perempuan sering menjadi korban ketika ada kasus tersebut.

Tidak hanya itu, martabat perempuan hanya sebagai omong kosong belaka. Keadilannya tak didengar oleh kaum laki-laki yang mempermainkannya. Di situlah titik berat jiwa perempuan melemah, entah itu merasa sakit hati, dibully, dicaci maki, malahan disingkirkan di dalam suatu komunitas, organisasi dan lain-lain. Berat sekali, dipundaknya juga menjadi beban kehidupan. Di mana-mana namanya terkenal bukan karena kecerdasan otaknya, melainkan fisiknya yang cantik, seksi, dan sebagainya. Sehingga, kaum laki-laki tidak memilih kalau tidak cantik dan tidak seksi. Justru menandakan lemahnya perempuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Apa gunanya tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan berpasang-pasangan? Bukankah penjelasan Allah di dalam al-Qur’an kurang jelas? Mungkin pandangan orang-orang awam laki-laki begini, "Nabi Muhammad SAW kan punya istri 9, jadi gak papa dong kalau mainin perempuan?" Kenapa harus ada perempuan di sampingnya? Perempuan bisa apa? Nabi Muhammad SAW punya alasan lain yaitu : ingin menjunjung tinggi martabat perempuan, menghilangkan kefitnahan perempuan, dan selalu menyayangi perempuan. Beliau yakin laki-laki dan perempuan adalah makhluk romantis di permukaan bumi ini. 

Persepsi kita dengan beliau jelas berbeda sekali. Nabi Muhammad punya cara tersendiri menghormati perempuan. Nah, inilah pentingnya belajar dari Nabi Muhammad SAW. Pemahaman Nabi Muhammad SAW tak bisa kita pahami sendiri, tentunya melewati para sahabat, tabi’in, tabi’in-tabi’in, ulama salafus saleh, dan lain-lain. Jangankan kita, sahabat dekat beliau juga tidak semuanya bisa memahami. Nabi -pun setiap hari selalu memberi nasehat-nasehat lembut kepada para istrinya. 

Sebenarnya, contoh nabi Muhammad SAW banyak ditiru oleh tokoh-tokoh Islam perempuan yang menolak perbedaan laki-laki dan perempuan adalah Riffat Hasan. Riffat juga sangat mempertegas pada surat an-Nisa ayat 1 : “Yaaa aiyuhan naasut taquu Rabbakumul lazii khalaqakum min nafsinw waahidatinw wa khalaqa minhaa zawjahaa wa bas sa minhumaa rijaalan kasiiranw wa nisaaa'aa; wattaqul laahallazii tasaaa 'aluuna bihii wal arhaam; innal laaha kaana 'alaikum Raqiiba”. Artinya : Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi mu. Kalimat nafs wahidah dan zawjaha ditafsirkan sama substansinya. Menurutnya laki-laki perempuan sama ciptaannya, jika masih menganggap berbeda otomatis kita menyalahi rencana tuhan. Secara Islami ada juga universalnya versi negara.

Tokoh sekelas Quraish Shihab juga membantah jika perempuan adalah bagian dari laki diutarakan di dalam hadits berbunyi : Abu Kuraib dan Musa Ibnu Hazm menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Husain Ibnu ‘Ali menceritakan kepada kami dari Zaidah, dari Maisarah al-Asyja’i dari Abi Hazim, dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW. telah bersabda, "Berwasiatlah kepada para perempuan, sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusak yang ada paling atas, jika kamu ingin meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu membiarkannya, maka tulang rusuk itu akan tetap bengkok, maka berwasiatlah kepada para perempuan" (Shahih Bukhori : 3.153 : versi II). Menurut Quraish hadits yang dipahami hanya secara harfiahnya, karena sebagiannya mengagap ‘ulama menafsirkannya dianggap tidak shahih (Tafsir Al-Misbah : 2002 : 315). 

Maka dari itu, kita banyak belajar dari mereka. Mereka punya acara tersendiri memahami perempuan dalam bingkai kehidupan. Dengan mengenal, memahami perempuan, mereka punya hak untuk berbuat banyak, berfikir, bertindak, tentunya berkontrobusi terhadap daerahnya masing-masing. Riffat Hasan nyatanya bisa berfikir jauh apa yang ‘ulama pikirkan tentang dunia perempuan. Dia perempuan, tak takut malu, pantang menyerah. Riffat akan selalu dikenang seperti halnya perempuan-perempuan pada umunya. Mari jaga persaudaraan antara laki-laki dan perempuan. Didepan ada perempuan, dibelakangnya ada laki-laki yang mengawal, mendukung serta memberi kehormatannya. Semoga perempuan-perempuan Indonesia sadar pentingnya kesetaraan terhadap sesama manusia.

Editor: Ihza

You may like these posts