Sebuah Renungan Sebelum KONFERCAB XX PC PMII Pasuruan

Sebuah Renungan Sebelum KONFERCAB XX PC PMII Pasuruan


Penulis: Sahabat Mukh Nasikh Said (Sekretaris Komisariat Persiapan ITSNU Pasuruan)

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir dari kesadaran mahasiswa nahdliyin yang berkeinginan kuat untuk membentuk sebuah organisasi kemahasiswaan yang berada dibawah naungan Nahdlatul 'Ulama (NU) yang berpegang teguh pada nilai-nilai ASWAJA. 

Secara kuantitas, PMII memiliki begitu banyak kader di dalam negeri dan luar negeri yang kira-kira terdiri dari cabang luar negeri dan ratusan cabang, komisariat, dan rayon dalam negeri. Hal itu menjadi tantangan yang cukup besar bagi organisasi PMII untuk mendongkrak kemampuan kader PMII baik di bidang akademik maupun skill-skill yang dimiliki kader serta tetap menjunjung tinggi arti sebuah sahabat.

Saya yang menjadi mahasiswa di ITSNU Pasuruan dan masuk ke dalam bagian dari PMII Pasuruan, sedikit banyak mengamati dinamika politik PMII Pasuruan yang akan melaksanakan KONFERCAB ke-XX. Muncul 3 Calon Ketua Umum PC PMII Pasuruan dan 1 Calon Ketua KOPRI PC PMII Pasuruan. Yang mana Calon Ketua Umum dari Komisariat Shalahuddin, Komisariat Merdeka, dan Komisariat Pancawahana dan 1 Calon Ketua KOPRI dari Komisariat Ngalah. 

Disisi lain, muncul tanggapan dari Sahabat Mohammad Iqbal Ghozali (Ketua Komisariat PMII STIT Pasuruan) menarasikan bahwa, “gagasan mengenai pembentukan PMII Cabang Kota Pasuruan mulai diperhitungkan”. Selain itu, ada tanggapan lain dari Sahabat Hafid Zaeni (Ketua Komisariat PMII Dewantara Pasuruan) menarasikan bahwa, “isu pendirian PMII Cabang Kota Pasuruan tidak begitu urgent untuk direalisasikan”. 

Dengan beredarnya tanggapan dari dua ketua tersebut yang membuat ramai perbincangan di ranah Sahabat-sahabat PMII Pasuruan, selanjutnya menuai diskursus baru. Salah satunya di ranah komisariat saya, ITSNU Pasuruan masih persiapan dan baru-baru ini melaksanakan deklarasi. Menurut kita, adanya isu PC PMII Kota Pasuruan dan PC PMII Kabupaten Pasuruan bisa saja terjadi. Menurut saya, itu adalah hal positif yang akan memfokuskan pada masing-masing wilayah Pasuruan. Namun, masalah ini nantinya akan ada diskursus lebih lanjut. 

Ada juga hal yang sama–sama penting terlepas dari kontestasi politik dan isu-isu PC PMII Kota Pasuruan dan PC PMII Kabupaten Pasuruan, yaitu ketika melihat masalah PMII Pasuruan hari ini yang perlu sahabat–sahabat renungi. Terkhususnya Calon Ketua Umum PC PMII Pasuruan, bahwasanya kita kekurangan “kader ideologis”, yaitu yang berpegang teguh pada aswaja PMII. Ketika melihat PMII di Pasuruan malah dibangun oleh alumni dan beberapa pengurus menarasikan membangun loyalitas kader dengan setumpuk tawaran pragmatisme, yang mengakibatkan kader-kader mengalami kemerosotan (idealisme dan moral) dari tujuan organisasi PMII sendiri. 

Secara sederhana, penglihatan saya ada kecenderungan besar dari para pengurus dan kader PMII Pasuruan. Apa yang mereka lakukan selama ini lebih banyak merupakan “reaksi spontan” atas realitas yang terjadi, bukan berdasarkan implementasi proses hasil pengkaderan yang sudah sistemik di dalam PMII.

Maknanya, PMII Pasuruan hanya mampu memberikan wadah saja untuk berkiprah, tetapi gagal memberikan suasana kondusif yang mampu mendorong  terciptanya proses dan hasil dari mekanisme dari PMII sendiri. Kadang saya sampai berfikiran bahwa saya suka membaca buku, berfikiran kritis, serta melek wacana “intelek” itu atas dasar kemauan dan kerja keras individu saya sendiri, bukan dari imbas yang nyata dari proses pengkaderan terencana dan sistemik dari PMII. Bahkan yang lebih ekstrim banyak dari mereka yang sudah masuk di PMII Pasuruan ada kecenderungan bahwa kalau mereka ingin menambah kapasitas intelektualnya, belajar filsafat, sainstek, kultur lokal Pasuruan dan memperdalam pemahaman keislamannya harus mencari lumbung di luar PMII (tak berjenis kelamin). 

Padahal ketika menelaah sistem kaderisasi yang ada di dalam PMII begitu komplit, kenapa itu  tidak menjadi solusi? Menurut saya, upaya-upaya menjawab tantangan di atas PMII Pasuruan harus menyandarkan potensi lokal Pasuruan sendiri agar bisa memperjelas pola kaderisasinya. Hal itu menjadi kewajiban bersama Sahabat-sahabat PMII Pasuruan baik di rayon, komisariat, terutama PC PMII Pasuruan. Dan Melihat momen kontestasi KONFERCAB XX PMII Pasuruan yang akan dilaksanakan dekat-dekat ini masing-masing “komandan” komisariat harus selektif memilih pemimpinnya demi keberlangsungan nafas PMII Pasuruan yang akan datang. Sekian!

Editor: Ihza

You may like these posts