TVRI Tidak Tayangkan Film G-30S PKI, Kader PMII Surabaya Selatan: Lho Katanya Harus Jas Merah? What The Hell!

TVRI Tidak Tayangkan Film G-30S PKI, Kader PMII Surabaya Selatan: Lho Katanya Harus Jas Merah? What The Hell!


Penulis: Sahabat Anila Imroatul Ma'rifati Sulcha (Sekretaris PMII Rayon Averouce Komisariat Tarbiyah Cabang Surabaya Selatan)

Televisi Republik Indonesia adalah salah satu channel TV yang menyuguhkan berbagai macam tayangan dalam bentuk berita, iklan, film dan perihal lainnya tentang kehidupan manusia meliputi aspek ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, agama, politik, dan hukum. TVRI sudah dipercaya oleh masyarakat bangsa Indonesia sejak beberapa tahun silam, yang mana sumbernya sangat akurat dan minim oleh manipulasi. Tentunya sebagai channel televisi yang dipercaya oleh rakyat Indonesia TVRI semakin berkembang pesat dalam perjalanannya, yang mana pelayanan dan pendekatan secara online disini bisa dikonsumsi oleh setiap kalangan dari mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa. Tidak sedikit kaum muda-mudi terpelajar yang mengambil informasi dari channel TVRI ini sebagai bahan referensi pengerjaan tugas pendidikan mereka. Hampir 90% anak-anak di bawah umur menyaksikan segala macam kartun animasi di TVRI ini mereka riang gembira. Begitupun orang dewasa hingga lansia, mereka juga banyak yang mengatakan bahwa TVRI adalah channel TV Nasional yang paling berbobot.

Namun, kekecewaan rakyat Indonesia kini mulai merajalela kepada TVRI ini. Bagaimana tidak, setiap tahun ketika peringatan Hari Pemberontakan G-30S PKI selalu menayangkan film G-30S PKI. Berbagai tujuan di ungkapkan, salah satunya adalah bangsa Indonesia harus besar. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Tidak cukup menghargai jasa para pahlawan, sebagai rakyat Indonesia yang berlandaskan ideologi Pancasila mereka wajib "JAS MERAH". JAS MERAH adalah singkatan dari kata "Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah". Perkataan ini diungkapkan oleh Presiden RI kita yang pertama yakni Almarhum Ir. Soekarno sebagai bukti bahwa bangsa Indonesia harus mencintai negaranya dengan cara belajar dari pengalaman sejarah yang ada. Tidak lain dan tidak bukan, salah satu kader PMII Cabang Surabaya Selatan, Anila Imroatul Ma'rifati Sulcha memberikan afirmasi positifnya terhadap kekecewaan rakyat Indonesia tentang tidak ditayangkannya film G-30S PKI di TVRI, semenjak dia membaca berbagai berita yang terpapar 1 hari yang lalu yakni pada 30 September 2021.

"Iya, saya mendukung kekecewaan rakyat. Saya juga sangat kecewa sekali membaca berita di salah satu media publik yang menuliskan tentang TVRI tidak menayangkan kembali film bersejarah G-30S PKI. Saya baca di instagram okezone. Padahal kan kita sebagai manusia berbicara soal kodrat tidak bisa jauh-jauh dari yang namanya masa lalu. Bahkan kita seringkali ketika HUT RI menyebutkan bahwasannya wajib JAS MERAH, jangan sekali-kali melupakan sejarah. What the hell! It's so bad. Sangat tidak biasa, jangan-jangan ada intervensi. Takut ya kalau masyarakat Indonesia semakin faham tentang kebusukan apa di masa silam yang selama ini di tutupi? Malu dong!" Ujar nya pada saat membaca berita tersebut.

Tidak hanya TVRI, channel televisi lain pun sebenarnya sudah jarang yang menayangkan ini. Akan tetapi, bagi salah satu kader PMII ini dia mengatakan bahwa tidak ada salahnya jika channel yang biasanya memaparkan film ini kembali menayangkan untuk media pembelajaran kaum generasi zaman sekarang yang hidup di era disrupsi.

Harapannya ke depan ada kalimat semoga yang menginginkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dimana maksudnya, keadilan bagi rakyat berupa pembelajaran lewat gambaran masa lalu bangsa Indonesia agar menjadi muhasabah besar pada individual masing-masing. Setidaknya setiap ada peringatan G-30S PKI jika memang film tidak ditayangkan, pemerintah harus membuat program kerja terkait peringatan refleksi G-30S PKI yang mana dengan tujuan agar rakyat Indonesia sendiri tidak hanya melulu menyaksikan sinteron-sinetron yang tidak jelas, belum lagi tayangan di sosial media yang tidak akurat dengan uisa atau amanat yang disampaikan, dan masih banyak lagi permasalahan media publik sebagai pendukung kecerdasan spiritual, intelektual, emosional dan moral bangsa Indonesia.

Editor: Yakin

You may like these posts