Seandainya Aku Senior PMII?

Seandainya Aku Senior PMII?


Penulis : Andrean Masrofie (Koordinator Ketua Rayon Sejawa Timur)

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Siapa yang tidak kenal lagi dengan organisasi perkaderan yang satu ini..? Organisasi ekstra kampus, mahasiswa menyebutnya dengan sebutan biru kuning Ratusan, bahkan ribuan kader sudah dilahirkan oleh organisasi ini. 

Organisasi dengan konsep pengkaderan dan konsep skill kepemimpinan (Leadership) yang sudah tidak perlu ditanyakan kembali. 

Namun Ironisnya, aktivitas kader sehari-hari dalam berorganisasi saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Pengaruh yang buruk dan godaan godaan dunia begitu mudah masuk kedalam diri kader sendiri. Hal itu jauh dari apa yang diinginkan oleh para pendiri PMII.

Kader PMII sering terperangkap oleh bujuk rayuan popularitas, materi dan godaan dunia lainnya, sehingga mengakibatkan kerugian bagi kader dan juga bagi PMII sebagai organisasi.

Ada sesuatu yang mulai hilang, baik disadari maupun tidak, kader PMII terperangkap dalam budaya lama yang masih melekat secara akut dalam kultur PMII, yaitu senioritas yang sangat kuat. 

Hal tersebut berakibat terhadap memudarnya sifat Totalitas berproses di PMII bagi setiap kader dalam aktivitasnya. Memang sangat disadari bahwa peran senior dalam proses perkembangan kader sangat penting. 

Karena dengan keberadaan senior diharapkan mampu menjadi mentor untuk perkembangan kader kedepannya. Akan tetapi apabila keberadaan senior ini justru menjadi penyakit yang dapat membahayakan perkembangan kader, hal ini justru harus dihilangkan.

Pertanyaan ini sering muncul, apakah kader PMII idealismenya telah keruh serta terlacurkan? Apakah kader PMII telah buta akan nilai-nilai kebenaran? Apakah pendengarannya penuh dengan kebohongan sehingga tuli dibuatnya.

Apakah mulutnya terbungkam dan raganya tak lagi berdaya? Kami tidak ingin adanya intervensi dan penyalahgunaan wewenang, kami berharap tidak ada lagi suara suara yang mengatasnamakan “senioritas”.

Intervensi senior bukan saja berpengaruh pada pencangkokan kebebasan kader namun juga akan melumpuhkan produktifitas kader. Akibat dari intervensi, kader akan membentuk kubu-kubu atau dinasti sendiri berdasarkan tali hubungan dengan senior. 

Ruang-ruang yang terbentuk bahkan dapat menyuburkan dendam untuk saling menjatuhkan. Bahkan bisa jadi akan memandang saudara se organisasi bukan lagi sebagai saudara se ideologi, namun sebagai musuh. 

Untuk memperlancar intervensi, para junior dijadikan layaknya anak asuh atau orang terdekat dengan iming-iming tertentu.

Bahkan tak sedikit banyak usaha kaderisasi melalui kedekatan cinta, dan yang akan berdampak kepada mental kader, dimana ketika kader berproses dan bersemangat karena perasaan cinta terhadap kader lain, tidak akan terbangun mental yang mandiri.

Selain itu, di mana soal kaderisasi biologis bisa membuat kaderisasi tidak merata, sehingga hal tersebut akan berdampak juga kepada kader-kader yang lain.

Kaderisasi Biologis semestinya tidak ada karena merupakan kepentingan pribadi, kemudian terkadang secara tidak disadari di klaim sebagai strategi kaderisasi yang sebenarnya berdampak buruk. 

Ketika junior menjadi boneka titipan yang segala tindak-tanduknya berada dibawah tekanan senior (Baca; intervensi), akan membentuk tipikal kader yang kaku, inklusif dan tidak memiliki prinsip.

Kebebasan kader perlu diaktualisasikan dalam ruang yang lebih luas tanpa ada batasan. Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak organisasi, kader PMII harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar keyakinan dan kebenaran.

Maka konsekuensinya adalah bentuk aktivitas fungsionaris dan kader-kader PMII harus berkualitas sebagaimana digambarkan dalam kualitas insan cita PMII.

Dan bagi setiap kader harus terus meningkatkan kualitasnya lewat pelatihan-pelatihan baik formal maupun informal, lewat tradisi-tradisi intelektual seperti membaca, diskusi, menulis, dan lainnya.

Maka dari itu, PMII dan kadernya harus dapat menjaga juga merawat organisasi ini agar dapat berpihak pada kebenaran, tidak mudah terbujuk oleh rayuan - rayuan nafsu, popularitas, jabatan dan materi yang menghancurkan diri kader dan PMII.

Editor: Ihza

You may like these posts