Dilema Pendidikan, Pemkot Justru Fokus Pembangunan

Dilema Pendidikan, Pemkot Justru Fokus Pembangunan


Penulis: Sahabat Khusairy, Sahabat Ridwan, Sahabat Solifa, Sahabat Rina, Sahabat Azam

Pendidikan sebagai subjek yang bisa dijadikan tolok ukur atas berbagai macam problematika yang terjadi di masyarakat, terutama dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi. Meskipun pendidikan bukan hal mutlak yang disyaratkan dalam pencapaian kesuksesan, namun peran pendidikan sangatlah besar. Hal ini selaras dengan pendapat Prof. Dr. Imam Barnadib yang mengatakan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Jadi, sesuai dengan hal tersebut bisa dikatakan bahwa pendidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup, dalam kata lain meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Seperti program Pemerintah Kota Pasuruan. Baru-baru ini Wali Kota Pasuruan, H. Saifullah Yusuf, atau yang akrab disapa Gus Ipul hadir dengan membawa konsep Pasuruan Kota Madinah (maju ekonominya, indah kotanya, dan harmoni warganya). Dalam konsep ini beliau menggaungkan tentang potensi Pasuruan yang memang sudah dikenal dengan wisata religinya. Beliau akan melakukan pembangunan secara besar-besaran untuk merealisasikan program tersebut dan mengintegrasikan wilayah Masjid, Alun-Alun, dan Jalan Niaga atau Nusantara untuk menjadi kawasan perdagangan dan jasa. Dalam konsep program ini pula Gus Ipul melalui Pemerintah Kota Pasuruan ingin merubah tatanan Kota Pasuruan melalui konsepnya yang tidak main-main, yakni “Kota Madinah” yang jelas menggambarkan begitu besar nama Madinah yang secara historis melambangkan kota suci dengan berbagai dinamikanya. Pemkot sendiri sangat serius dengan gagasan tersebut. Hal itu beliau tunjukkan pada bentuk implementasinya dalam perwujudan payung madinah di pusat Kota Pasuruan yaitu di depan Masjid Agung Al Anwar pada ranah pembangunan infrastruktur. Belum lagi pembangunan wisata cafe kuliner di sepanjang jalur pelabuhan pasuruan dan masih banyak lagi terkait pembangunan infrastruktur lainnya yang akan direalisasikan dalam waktu dekat ini.

Tidak bisa dipungkiri bahwa konsep tersebut baik adanya. Namun, disisi lain berbagai persoalan mulai muncul seiring dengan adanya program ini yang secara tidak langsung masih belum tersentuh secara maksimal, yaitu masalah pendidikan. SDM masih menjadi masalah sejak dulu di Kota Pasuruan.

Dalam ranah pendidikan, perkembangan pendidikan di kota Pasuruan dari tahun ke tahun hanya sekian persen saja bahkan bisa dianggap stagnan. Dari sini sangat jelas dampaknya nanti adalah pada sumber daya manusianya yang akan berimbas pada tatanan ekonomi warga Kota Pasuruan. Artinya pendidikan sangat penting bagi kemajuan sebuah sistem tatanan negara. Namun, hal ini justru masih belum ada tindak lanjut dari Pemerintah Kota Pasuruan. Pasalnya, dari tahun ke tahun penurunan jumlah anak yang melanjutkan sekolah dari SD, SMP, SMA/SMK terus bertambah. Data yang penulis peroleh jumlah usia normal pendidikan SD Ke SMP ini mengalami penuruan secara drastis.

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari web resmi Pemerintah Kota Pasuruan, dari 18.438 siswa yang lulus SD hanya sebesar 9.324 siswa yang melanjutkan jenjang ke SMP. Jumlah yang fantastis jika melihat angka tersebut. Sungguh miris. Kemudian muncul pertanyaan besar, lantas kemana separuh populasi data menghilang? Kemana larinya adik-adik yang seharusnya berhak menikmati bangku sekolah dan meraih cita-cita mereka? Sedangkan di sisi lain pemkot justru sibuk mengampanyekan “Payung Madinah” sebagai eksistensialisme bagi Kota pasuruan itu sendiri nantinya.

Masih dalam ranah pendidikan, secara historis Kota Pasuruan terkenal dengan Kota Maritim. Namun, masih belum ada perkembangan dalam sektor maritim. Seharusnya Pemkot memberikan wadah bagi para penerus nelayan dengan harapan agar Kota Pasuruan kembali maju pada sektor maritim melalui pendidikan nelayan atau sekolah kemaritiman. Dengan demikian secara tidak langsung bisa mendorong sumber daya manusia bagi Kota Pasuruan dalam sektor maritim untuk berkembang.

Sekali lagi, pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk melawan perkembangan zaman juga beradaptasi dengan berbagai dinamikanya yang semakin kompleks. Dengan berbekal pendidikan, kita sudah tertanam jiwa-jiwa nasionalisme. Dengan pendidikan pula kita tidak lagi bisa dibodohi oleh sebuah sistem yang sudah berlangsung sejak zaman kolonialisme hingga sekarang yang tidak tahu kapan rantai sistem ini akan putus. Jangan hanya bercanda tentang eksistensial!

Editor: Riyan 

You may like these posts