Kader PMII  Mapan di Intelektual, Dialektika dan Moral

Kader PMII Mapan di Intelektual, Dialektika dan Moral


Politik praktis bukan hal yang urgen bagi kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), ada cita-cita (maqoshid) yang jauh lebih penting dan esensial dari hanya sekedar kepentingan sesaat. PMII mempunyai perjuangan yang lebih penting, yaitu amar ma’ruf nahi munkar di tengah kehidupan masyarakat.  Dan untuk mewujudkan ini tidak harus menggunakan politik praktis. Doktrin-doktrin Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) menjadi landasan bagi kader PMII untuk metode berfikir, bagaimana mereka memahami betul agama bukanlah doktrinasi yang mati. Atas hal ini kader PMII punya nalar berfikir dalam menentukan sikap yang bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam perspektif pendekatan Aswaja sebagai Manhaj Al-Fikr bisa dilakukan dengan cara bagaimana melihat Aswaja dalam setting sosial politik dan kultural.

Tidak ada yang melarang jika kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terjun dalam politik. Namun hal itu selalu menjadi wacana yang salah bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab memelintir gerakan PMII. Hal ini harus di antisipasi oleh kader PMII dalam melakukan gerakan politik. Kader PMII jangan gupuh soal politik yang tidak dewasa ini. Sehingga yang paling penting adalah menakar nalar wajar para kader PMII, baik di struktural maupun di kultural, terlebih kader Partai Politik (Parpol).

Organisasi PMII adalah salah satu wadah berhimpun bagi kader-kader ummat Muslim Indonesia, guna untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat yang berdaya guna, adil, bermartabat dan bermoral.

Jika pandangan orang banyak mengatakan, untuk merebut sebuah kemaslahatan dengan jalur politik, bukan bagi kader PMII. PMII mempunyai ciri khas politik tingkat tinggi, setiap melangkah menggunakan restu sesepuh (Kyai).

Semua kader PMII  mampu menjiwai nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan dengan baik, sehingga mereka mampu memahami mana hal yang maslahat dan madlarat. Oleh sebab itu, seluruh perjuangan dengan jalur apapun, harus membawa kemaslahatan. Tegaknya sebuah kebaikan karena adanya sebuah pertimbangan yang baik. Bukan mustahil jika kader PMII selalu memperjuangkan hal baik.

Banyak hal yang perlu disiapkan oleh kader PMII, baiknya yang telah diraih oleh kader PMII dalam dunia politik harus segera dimodifikasi. Sehingga politik kita tidak terkesan konservatif, jika hanya mengandalkan ikatan ideologisasi dan religiusitas tidak akan mampu memenangkan kontestasi politik. Semangat organisasi ini hendaknya tetap dijaga dengan baik dalam rangka mewujudkan visi pergerakan organisasi untuk menciptakan kesejahteraan ummat, bangsa dan negara.Ingat, urusan politik tidak bisa diselesaikan di warung kopi.


Penulis: Sahabat Ardi (Pengurus Advokasi Rayon Tarbiyah UIN khas Jember) 

You may like these posts