Media Sosial Menjadi Ruang Pengembangan Diri, Perlu Ruang Yang Aman Bagi Penggunanya

Media Sosial Menjadi Ruang Pengembangan Diri, Perlu Ruang Yang Aman Bagi Penggunanya


TIMESPERGERAKAN.COM, PASURUAN - Pengurus Cabang Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) Pasuruan adakan Seminar Literasi Digital bekerjasama dengan Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia dengan tema “being productive in the digital era” di Pendopo Nyawiji Ngesti Wenganing Gusti Pasuruan, sabtu (26/08/23).

Ketua KOPRI Fatimatuz Zahro dalam sambutannya mengatakan dengan penguasaan teknologi dan media generasi Alpha lebih memiliki banyak inovasi dan memiliki kebebasan berfikir serta beradaptasi di media sosial, namun hal itu juga yang membuat generasi alpha lebih rentan mendapatkan kekerasan seksual di dunia digital. Salah satu kasus pada pertangahan tahun 2022 di Kota Pasuruan, terdapat laporan kekerasan seksual pada anak usia 15 tahun yang saat itu korban berkenalan dengan pelaku melalui media social. Pada tahun 2022 saja kejahatan seksual pada anak telah mencapai 62 kasus.

“Salah satu factor yang penyebab terjadinya banyaknya kekerasan pada anak dikarenakan kurangnya edukasi digital dimasyarakat. Dengan adanya permasalahan yang terjadi saat ini maka seminar pada siang ini memiliki tujuan untuk edukasi pemanfaatan digital yang baik dengan menerapkan kemampuan digital, etika berdigital, budaya berdigital diharapkan dapat membentuk Generasi Alpha Pasuruan yang mampu memanfaatkan” Ucap Zahro sapaan akrabnya,

Seminar ini menghadirkan tiga pembicara Pertama, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Pasuruan Imam Subekti, S. Sos, MM. Kedua, Direktur Utama Raqma Jejaring Persada Abdul Mukhti Chifdi, S. ST. Ketiga, Konten Creator Pasuruan Sheryl Dwi Artamevia

Kegiatan Berlangsung 3 Jam ini, Bapak Bekti sapaan akrab Kepala Dinas menjelaskan tentang memahami aturan perlindungan data pribadi dalam penggunaan digital, cara mengidentifikasi kejahatan digital dan cara melapor, tips dan trick menjaga keamanan data privasi secara digital. Ia mengajak kita sebagai generasi muda, mahasiswa dan kaum intelektual untuk melawan hoax yakni membiasakan saring sebelum sharing dan membudayakan budaya malu mengeshare berita-berita sehingga dalam meminimalisir berita-berita hoax yang bertebaran

Sedangkan Bang Didit panggilan Direktur Utama Raqma cara berinteraksi dan berkolaborasi di ruang digital sesuai etika, ia juga menjelaskan media sosial menjadi jendela mengenal organisasi maka dari itu butuh tim pengelola yang baik, kreatif serta mampu menjangkau sasaran millenial dalam penyebaran nilai.

Syeril Konten Creator Pasuruan berpendapat jika media sosia menjadi sarana meningkatkan pengembangan diri. Konten yang ia buat yakni kegiatan kegiatan sehari-hari dan bisa menggali potensi apa saja yang terdapat dalam diri kita ia bagikan dalam bentuk foto, video pendek diakun instagram maupun tik tok nya. Ia juga menjelaskan banyak bentuk kejahatan yang terjadi misal ujaran kebencian dengan komentar yang negatif, penyebaran hoaks, serta peneroran maka perlu ruang aman untuk penggunanya.

You may like these posts