Ketidakjelasan dalam Kontestasi Politik

Ketidakjelasan dalam Kontestasi Politik


Penulis : Jamal kader Rayon Sunan Bonang

Mahasiswa dan politik merupakan dua bagian yang saling berkesinambungan yang tidak bisa dipisahkan anatara satu sama lainnya namun kebanyakan mereka lalai akan tugas dan fungsi peran mahasiswa, sampai hari ini peran mahasiswa masih diharapkan dapat mengusung perubahan sosial, menjadi garda terdepan terhadap perjuangan rakyat, menjadi cikal bakal penerus bangsa tetapi semua itu tidak lah mudah dilakukan karena politik semua tidak baik-baik saja, ada beberapa faktor efek politik yang menghambat, mulai dari intervensi dosen ke mahasiswa, intervensi senior kepada junior dan intervensi orang orang yang berkepentingan untuk mendapatkan jabatan apa yang dia inginkan, bukan menjadi rahasia umum lagi dalam kontestasi politik yang ada di sebuah organisasi intra ataupun ekstral yang mana saling merebutkan kekuasaan dengan berbagai cara dan menghalalkan segala cara, mulai dari mencari kesalahan,menjatuhkan secara personal, menggunakan jabatan untuk bermain politik dan lebih mengenaskan lagi sampai sampai membuat MOU bermaterai (Surat Perjanjian) hanya karena politik sekelas kampus, identitas dari seorang mahasiswa yang sudah mulai luntur, sumpah mahasiswa yang sering kali digaung-gaungkan saat demo-demo hanya sebuah teriakan-teriakan yang tidak ada satupun yang diterapkan, contohnya karena politik lahir penindasan-penindasan, karena politik keadilan tidak ditegakkan, karena politik bahasa menjadi alat untuk berbohong, karena politik semua menjadi buta, karena politik semua menjadi kanibal, dan karena politik hati nurani manusia sudah hilang.

Di zaman sekarang kedewasaan dalam berpolitik sudah hampir puna, sudah minim sekali orang orang pelaku politik yang saling menghargai, saling merangkul, dan saling berpenggang erat demi memajukan dan menjalankan sebuah roda organisasi karena mereka setiap apapun itu yang dilakukan akan dikaitkan dengan politik, yang mana sebenarnya tidak semua kehidupan manusia dipandang dengan kaca mata politik, pada hakikatnya ada sebuah tujuan yang lebih indah dari politik yaitu kebersamaan dan kerukunan.

Sesuatu yang saya tulis ini merupakan sesuatu yang lahir dengan sendirinya secara turun menurun dan dianggap biasa dalam menjalankan misi berkuasa karena sudah menjadi budaya dari sebelum-sebelumnya, oleh karena itu jika tidak hentikan dengan tegas justru akan membuat regenerasi selanjutnya yang tidak jauh berbeda dari sebelumnya yang hanya mengedepankan hasrat kekuasaan tanpa mempertimbangkan maslahat dan manfaat untuk semuanya.

Saya pernah merenung Sebenarnya tujuan dari konteks politik ini untuk apa, apakah untuk ajang belajar dan berproses mahasiswa untuk merumuskan, menentukan dan mengontrol berbagai macam kebijakan yang ada di kampus untuk menuju yang lebih baik dari sebelumnya atau hanya sebuah ajang mencari lawan atau kawan.

Menurut saya politik kampus sebenarnya berkonotasi positif sebagai perjuangan untuk terpenuhinya hak-hak demokratik mahasiswa dalam konteks dirinya sebagai peserta didik dan warga negara namun karena oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menyalah artikan politik sehingga arti dari esensi politik tersebut menjadi tidak benar.

Untuk senior-senior didalam kampus ataupun diluar kampus, proses kalian sudah selesai, biarkanlah adek-adek mu berproses riang gembira menikmati proses tanpa ada tendensi atau inversi dari kalian, sekarang sudah menjadi masa-masa adek adek mu untuk berproses bukan lagi masa masa kalian, beristirahatlah dengan tenang, dan tunggu kabar baik dari adek-adek yang berproses, karena setiap zaman akan berbeda cerita, dan setiap zaman juga berbeda orang.

Tulisan ini bukan untuk menyindir perorangan atapun lembaga, namun tulisan saya ini bertujuan agar kewajiban dan hak seseorang untuk menempati posisi dan berproses dimanapun tidak dibatasi oleh siapapun.

You may like these posts